21. Ancaman Mengerikan

2.8K 185 42
                                    

Wajah terlapisi selendang merah mengerling menatap seluruh penjuru kamar. Tatapan memusat pada benda dapat memantulkan gambaran. Sebuah benda keluar dari balik saku.

Craaaaaang!

Bunyi dahsyat terdengar seisi rumah, suara bentrokan antara benda keras dan benda mudah pecah menusuk ke dalam telinga.

Pria bermata setajam pisau menghentikan aktivitas. Mata mematok ke arah tangga, menatap dengan intens. Laptop di hadapan di tutup paksa, tubuh berdiri tegak, kaki melangkah menaiki undakan tangga satu demi satu. Salah satu kamar di lantai 2 di buka, alis bertautan satu sama lain, puing-puing pecahan kaca lemari bertebaran di lantai, sebuah tetesan darah berceceran di lantai putih.

Tap
Tap
Tap

Derap kaki terdengar di ruangan kosong tak berpenghuni, tubuh pria tua bangka berjongkok, tangan mengambil sebuah kertas berbalut batu di dalam yang di prediksi di gunakan untuk melempar ke arah kaca.

Terpampang tulisan di balik kertas kusut.

"Nyawa di bayar nyawa!"

Tulisan di tulis besar membuat pupil melebar. Tangan terkepal kuat, gigi bergemelatuk mengerikan.

"Apa-apaan ini. Siapa yang sudah berani mengancam ku, berani sekali dia mengganggu ku sampai memberikan ancaman seperti ini." Gelora api naik ke atas permukaan tubuh, wajah pria bernama Baron panas layaknya bom akan segera meledak. Urat di leher mengencang, Baron berdiri dari jongkok, berjalan dengan langkah besar lalu membuka pintu balkon.

Tersentak kaget melihat seseorang mengenakan seragam pencak silat berwarna hitam, sabuk merah melilit pinggang dan selendang merah menghalangi wajah berdiri membelakanginya tubuh di atas pagar tembok."Siapa dia?" Baron dalam hati bertanya-tanya.

Sosok tak mau adu pandang berdiri kokoh, perlahan kepala berputar berhadapan secara tatap muka dengan sosok pria meledak-ledak di balkon.

"Siapa kau? Ngapain di sana!" Teriakan tak bersahabat meluncur di bibir Baron. Wajah tidak menampilkan keramahan, berang berdatangan membungkus tubuh.

Jari telunjuk di kedua tangan menyilang membentuk tanda X, kemudian menjatuhkan tubuh ke jalan samping rumah.

"Sialan!" Pekik Baron murka, ejekan barusan mendatangkan amarah membara di jiwa.

Duaaaaaaarr!

Terdengar suara ledakan dahsyat menghentikan pergerakan jantung.

"Suara apa itu?" Panik attack terlihat memenuhi wajah keriput di penuhi ambisi. Dengan cepat Baron berlari turun dari lantai 2 kala mendengar teriakan di ketahui dari anak buah yang heboh kalang kabut di depan rumah.

Mata membelalak sempurna melihat mobil Pajero sport terbakar tepat di depan mata, kobaran api meninggi sampai membakar habis badan mobil, api juga melalap pagar tembok kebetulan berada di samping mobil terpakir."Cepat padamkan apinya." Komando Baron panik.

Kalang kabut Johan, Tomi dan Nawir memadamkan api terlanjur membesar.

Api yang terlanjur membesar sepenuhnya membuat mobil mahal hangus terbakar, satu bagian pun tidak ada yang tersisa. Hanya berjarak beberapa detik dari kemunculan pendekar selendang merah dan kini salah satu mobil kesayangan Baron ludes terbakar.

Butuh waktu beberapa saat untuk api dapat di hilangkan dari area rumah megah milik orang terkaya yang memiliki banyak hektar tanah. Pria yang sering di juluki juragan beras memang mendapatkan pencaharian dari bidang agraris.

"KENAPA MOBIL ITU BISA TERBAKAR!" Hardik Baron mengintrogasi 3 anak buah menunduk ke tanah.

"KALIAN INI NGAPAIN AJA! KOK BISA SEMUA INI TERJADI!" Amukan menggelegar di telinga, wajah berapi-api menatap penuh selidik tiap orang tak mampu mengangkat kepala.

The Santri [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang