Hari-hari berlalu, telah satu Minggu gadis atas nama Cahaya Argantara tak menghirup udara segar pesantren. Gadis ocean di lantik mata elang kini menginjakkan kaki kembali di tempat penuh manusia, pihak rumah sakit mengizinkan Cahaya pulang selepas luka tusuk di perut mengering.
Mata menatap bangunan menjulang tinggi di depan."Sekali lagi aku kembali ke tempat ini. Tempat di mana teka-teki berada."
Tercantum tekanan kuat di mata, singgah di tempat di sebut penjara suci dari awal bukan pilihan hati, akan tetapi diri tak bisa memberontak selain mengikuti alur seperti yang mereka inginkan, walau hati hancur berkali-kali.
Berat hati kaki gadis itu melangkah, wajah kembali dingin seperti sedia kala, seakan-akan lupa akan ragam kejadian menohok jantung beberapa hari terakhir.
"CAHYA...." Sorak gembira seorang gadis saat melihat kembali sahabat yang di rindukan.
Tubuh terbalut luka di peluk erat oleh gadis terhumor tersebut."Aku kangen banget sama kamu. Kangen, kangen, kangen banget."
"Lepas, gak usah lebay deh."
Pelukan persahabatan berakhir, di bibir Mira tetap terangkat senyum tak kunjung pudar."Iya maap, sensi amat sih. Oh ya gimana sekarang keadaan kamu? Kamu udah sembuh kan?"
Cahaya memutar bola mata malas."Ya kalau aku gak sembuh, aku gak bakal balik ke pesantren."
"Iya juga sih, sebenarnya kamu sakit apa sih ca, kenapa sampai lama banget pergi dari sini." Mira berkacak pinggang, menghakimi wanita layaknya hantu sering menghilang.
Mendadak mulut gadis itu terkunci rapat, rasanya berat bagi diri untuk berterus terang.
"Woy, kenapa diam aja, aku nanya loh. Bukannya di jawab malah dieem kayak batu." Bentakan spontan sontak membuyarkan lamunan.
"Demam biasa doang sih. Ke kamar yuk, aku pengen istirahat." Topik di alihkan secepat kilat demi selamatnya nyawa.
Mira pun menurut, mengikuti Cahaya dari belakang dengan senang.
"Ya ampun, gak nyangka banget loh, ternyata Gus Zayyan yang ganteng, paham agama, sholeh, hafidz Qur'an, itu jadi milik kamu." Sanjungan sengaja Adel keraskan.
"Selamat ya Salma atas pertunangan kamu sama Gus Zayyan. Pasti nanti setelah kamu lulus Gus Zayyan langsung halalin kamu." Kegembiraan muncul di wajah Nindi.
Gadis di puja-puji di seluruh pondok tersenyum tersipu malu sembari menatap cincin terpasang di jari manis.
DEG!
Detak jantung berhenti berpacu, tusukan tajam mengenai dada, fakta baru datang dan lagi-lagi menghancurkan pendirian yang sudah dibangun dengan sangat kokoh."Jadi dia beneran pergi, dan secepat itu pula dia tunangan sama orang lain?" Batin Cahaya shock campur kecewa.
Gadis itu membuang muka ke arah lain, lalu tersenyum kecut, hati seakan terporak-poranda, meskipun dia dan Gus Zayyan tidak ada hubungan apa-apa tapi Cahaya memikirkan perasaan almarhumah sang adik yang pasti akan sangat terluka jika mendengar dan menyaksikan ini semua.
Mira sadar akan kekecewaan di dalam raut wajah gadis ocean, tapi dia tidak bisa menghentikan pertunangan mereka yang di langsungkan kemarin.
"Sabar ca, aku tau ini menyakitkan, tapi kamu harus kuat, aku yakin kamu bisa." Punggung kokoh itu Mira usap, walau tak mengalami Mira tau rasanya kecewa akan sesuatu tak pernah di duga-duga.
"Aku gak apa-apa kok. Ayo cabut." Jiwa tak ingin berlama-lama berada di sana, sebab hal itu akan membuat diri semakin terluka.
Semangat di tubuh pupus, sepanjang jalan isi pikiran Cahaya hanya pada dua sepasang manusia terikat dalam hubungan ta'aruf."Gak nyangka, aku benar-benar gak nyangka. Aku gak habis pikir Gus Zayyan dan Salma beneran akan bertunangan. Sungguh aku gak percaya mereka udah tunangan." Hati dan pikiran Cahaya menolak keras fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Santri [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilBagaimana jadinya Cahaya ketika melanjutkan kehidupan sehari-hari milik saudara kembar dengan menautkan misi mengupas habis lika-liku peristiwa merenggut nyawa sang kembaran (Cahya). Akankah gadis dengan modal wujud yang sama dapat menjalankan misi...