Kegelapan datang setelah matahari pergi meninggalkan bumi. Di gelapnya malam sebuah area lapangan dekat perbukitan di kelilingi obor sebagai penerangan. Semua para anggota Black Man berdiri membentuk bulatan di lapangan dengan kedua tangan berada di belakang punggung, pandangan mereka menghadap kepada guru Sakara. Pria yang mereka sebut guru dan sangat mereka hormati.
"Hari ini kita menang, usaha kita melenyapkan Kyai-kyai pondok pesantren Al-Ikhlas telah membuahkan hasil. Aku bangga dengan kalian yang membuktikan bisa kembali membawa kabar baik." Gembira pria berjenggot panjang tertutup penutup wajah warna hitam, berdiri di tengah-tengah lingkaran.
Sorak gembira para Black Man terdengar keras, hati lantas menyuarakan rasa senang atas pekerjaan telah di laksanakan dengan baik.
"Tenang, harap tenang!" Perintah guru Sakara.
Sontak semua mulut tertutup dan keheningan kembali terjadi.
"Hari ini kita boleh senang, tapi ingatlah bahwa perjalanan kita masih panjang. Di pesantren itu baru 2 Kyai yang berhasil kita lenyapkan. Masih ada banyak Kyai-kyai lain yang belum kita habisi." Amarah dan dendam tersemat jelas di kedua mata guru Sakara.
"Kita harus habisi mereka, jangan biarkan satu keturunan mereka hidup, SETUJU!" Teriak lantang guru Sakara.
"SETUJUUUU!" Teriak para Black Man serempak sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi.
Wajah guru Sakara terhalang kain hitam tak henti-hentinya mengukir senyum, kebahagiaan terjadi ketika telinga mendengar kabar paling di tunggu-tunggu.
Di tengah-tengah para Black Man, berdiri seorang wanita berpakaian hitam-hitam layaknya mereka, mata tajamnya menyala lalu bergantian menatap para Black Man yang berada di kanan dan kiri.
"Sial, ternyata mereka yang sudah bunuh Pak Kyai dengan racun." Batin Cahaya mengepal kuat tangan. Tubuh gadis itu meradang, setiap kalimat yang meluncur keluar dari bibir guru Sakara berhasil membuat otak mendidih.
"Pergerakan mereka cukup rapih, saking rapihnya aku sampai tidak sadar. Mulai hari ini aku harus lebih hati-hati lagi, aku gak boleh kebobolan lagi." Batin Cahaya makin waspada.
Telah ada 2 Kyai yang tewas di tangan the gank Darkness, Cahaya tak ingin ada petinggi pesantren lagi yang menjadi korban kekejaman mereka.
"Guru bagaimana dengan putra sulung Kyai Yahya yang hilang itu?" Salah satu Black melayangkan pertanyaan.
Cahaya menajamkan pendengaran, kali ini pembahasan mereka mengarah pada laki-laki asing yang berbaring lemah di rumah sakit."Jadi pemuda asing itu anak Pak Kyai Yahya! Kok bisa?" Batin Cahaya terkaget-kaget.
Guru Sakara terdiam sesaat, lalu kembali berseru."Dia tidak akan pergi jauh, aku merasa dia kembali ke pesantren itu lagi. Kalian cek ke sana, pastikan apa benar dia ada di sana atau tidak."
"Baik guru." Jawab mereka kompak.
"Sekarang cepat kembali ke penginapan, beberapa jaga wilayah kawasan kita, dan jangan lupa cari juga putra Yahya itu sampai ketemu." Perintah guru Sakara.
Dengan sigap para Black Man mematuhi perintah guru Sakara. Beberapa di antara mereka kembali ke rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan atapnya jerami atau ke penginapan utama, beberapa pula kembali menjaga dan melaksanakan perintah.
Cahaya terdiam di posisi, mematung memikirkan satu kata prihal pemuda asing tengah koma di rumah sakit. Latar belakang pemuda asing cukup menghujam jantung, tertegun lama oleh fakta melenceng dari realita.
"Jadi dia kakaknya Gus Zayyan. Tapi kalau di lihat-lihat dia memang mirip sama Gus Zayyan. Yang menjadi permasalahannya, kenapa mereka menyekapnya? Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa sampai mereka melakukan cara keji di dalam balas dendam itu. Masalah apa yang terjadi di antara pihak pesantren dan para Black Man sampai-sampai ada orang yang masa depannya harus di liputi kegelapan." Batin Cahaya penasaran tingkat tinggi.
Penyerangan-penyerangan silih berganti melanda pesantren memang tidak main-main. Kematian menjadi akhir dari berita gempar atas kelakukan satu gank. Timbulnya asap masih berada di kategori abu-abu.
"Eh kau." Teriak Black Man mendapati Cahaya diam di tempat di saat semua orang satu persatu membubarkan diri dari lapangan."Apa kau akan tidur di sini? Ayo balik ke penginapan!"
Tanpa sahutan Cahaya langsung mengikutinya. Sekali lagi gadis itu memasuki daerah kawasan mereka, tempat itu begitu berbahaya, ektra hati-hati harus di tingkatkan. Kala sampai di penginapan sebagian para Black Man masuk ke dalam bangunan besar, sebagian lagi nongkrong di area sekitar bangunan sembari menatap suasana tenang di tengah gelapnya malam.
Lirikan mata Cahaya ke sana kemari seperti mencari sesuatu."Di ruangan ini tidak ada Cherly. Di mana mereka menyembunyikan Cherly? Aku curiga kalau mereka juga yang telah menculik Cherly." Batin Cahaya.
"Aku harus cari tau. Aku harus temukan Cherly malam ini juga." Batin Cahaya.
Tujuan awal datang ke tempat Black Man untuk mencari keberadaan Cherly yang di nyatakan hilang dan beritanya telah terdengar hingga seisi pesantren. Cahaya menatap tajam para Black berjumlah banyak itu, tatapan maut menerkam sekarang terarah pada seorang pria perlahan-lahan masuk ke dalam goa.
"Ada apa lagi di dalam goa itu? Sepertinya ada sesuatu di sana, sampai guru Sakara betah keluar masuk ke tempat gelap itu." Batin Cahaya.
Tingginya rasa penasaran telah membuat satu persatu melangkah mengikuti guru Sakara dari belakang dengan jarak terbentang jauh. Api-api dari obor menerangi gelapnya tempat beraura dark. Langkah tiba-tiba terhenti, di dalam goa Cahaya celingukan.
"Kemana guru Sakara? Kenapa dia tiba-tiba menghilang?" Batin Cahaya telah berada di ujung goa. Tak ada jalan lagi, itu adalah tempat paling akhir yang ada di goa. Saat mata fokus memandang seksama gambar-gambar serta tulisan di tulis dengan aksara kuno, mendadak target lenyap dari pandangan.
Di ujung goa tepat di mana Cahaya menemukan pemuda itu kosong. Satu orangpun tak nampak di mata, tapi tadi ia melihat dengan jelas kalau guru Sakara masuk ke dalam goa, namun ketika di cari, tidak ada sama sekali.
"Aneh, mengapa guru Sakara menghilang secara tiba-tiba." Cahaya mengernyit heran, keanehan menyerang, dalam diam berpikir keras.
Tap
Tap
TapTerdengar derap kaki memantul tanda akan ada orang lain yang masuk. Tergopoh-gopoh Cahaya bersembunyi di samping dinding goa, menghimpit tubuh sambil menahan nafas.
Tap
Tap
TapSuara langkah kaki itu mampu membuat Cahaya tegang, tak lama dari itu sang pemilik langkah terlihat. Dia adalah Black Man yang datang membawa pisau di tangan sebelah kiri. Langkah Black Man terhenti di sebuah lukisan para penduduk kerajaan yang di sekitarnya di kelilingi sungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Santri [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilBagaimana jadinya Cahaya ketika melanjutkan kehidupan sehari-hari milik saudara kembar dengan menautkan misi mengupas habis lika-liku peristiwa merenggut nyawa sang kembaran (Cahya). Akankah gadis dengan modal wujud yang sama dapat menjalankan misi...