HERAN

14.1K 870 2
                                    

Kalian tahu, aku terkadang sering ngeblank. Otak buntu hingga melanjutkan menulis perlahan-lahan. Maaf jika ada kata tidak nyambung.
Mohon koreksinya para pembaca🙏😘

Jangan vote dan komen ya!!!

🎶🎶🎶🎶

"Aku tidak membutuhkan apa-apa selain kasih sayang mereka."

Evelyn De Axerlion

#####

  "Mengapa salep ini terasa enak dikulitku, bibi Emma? Apakah tabib meresepkan salep yang baru?" Tanya Evelyn.

  Ini hari ketiga setelah hari dia dihukum. Salep kali ini begitu dingin dan tidak perih seperti hari-hari kemarin.

  "Iya nona. Ini salep yang baru." Jawab Emma pelan.

  Evelyn terkekeh. "Andai saja, tabib itu meresepkan salep seperti ini dari kemarin, aku pasti tidak akan malas saat kau ingin menggantikan perban."

  "Hari ini saya ingin keluar. Nona ingin menitip sesuatu?" Tawar Emma.

  Evelyn tampak berfikir. "Aku lapar. Aku ingin makan luar. Bola-bola daging yang dulu kita beli."

  Dia menerawang memikirkan makanan dan itu sukses membuat perutnya berbunyi keras.

  Emma tertawa kecil. Sedangkan Evelyn menutup wajahnya dengan buku yang ia pegang.

  "Baiklah Nona. Akan saya belikan." Jawabnya geli.

#####

  Seorang lelaki menatap foto keluarga yang mereka abadikan 10 tahun yang lalu. Tangannya bergerak mengelus wajah orang yang begitu ia rindukan.

Air matanya mengalir tanpa dipinta. Dia tidak ada saat kejadian berlangsung. Dia tiba saat kejadian telah terjadi.

  Otaknya percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi di dalam lubuk hatinya, ada sedikit rasa bahwa gadis itu tidak mungkin melakukannya.

  "Tuan muda Gellen." Panggil seseorang yang merupakan tangan kanannya, Allianz.

  "Hmm?"

  "Saya telah berikan obat salep luka itu pada pelayan pribadi nona Evelyn dan ia telah menggunakannya." Lapor Allianz.

  "Bagus." Balas Gellen singkat. Tapi hatinya sedikit merasa lega.

  Allianz bingung dengan sikap tuannya. Bukankah seharusnya dia bahagia bahwa orang yang ia benci terluka. Mengapa harus merepotkan diri dengan memberikan salep yang begitu ampuh menyembuhkan.

  "Tuan muda, bolehkah saya bertanya?" Pinta Allianz.

  "Apa?"

  "Kenapa tuan memberikan obat itu pada nona muda Evelyn?"

  Gellen menghela nafas. Ia tau bahwa bawahannya ini akan menanyakan hal ini. "Dia mirip ibu. Aku tidak begitu tega menyakiti fisiknya."

  Allianz mengangguk paham. "Berarti anda akan menyakiti mentalnya?"

  Tidak ada jawaban pasti dari Gellen, hanya senyum yang menyeramkan terukir di bibirnya.

#####

Seminggu kemudian,

  Keadaan Evelyn membaik. Punggung tidak memiliki bekas cambukan apapun karna efek dari salep yang dioleskan Emma.

(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang