Rintikan salju berjatuhan, menghantarkan rasa dingin pada setiap makhluk yang berada di daerah WillBrave.
Pagi ini, pemakan Evelyn di barat mansion Axerlion. Bahkan Duke Alex baru saja tiba setelah mendengar kabar itu.
Dia membatalkan niat menemui penyihir medis saat seorang ksatria membawa kabar buruk itu.
Lihatlah, mata lelaki patuh baya itu kosong dan merah menatap tubuh yang terbaring dengan senyuman tipis di peti mati itu.
Suaranya serak. Duke Alex menangis sepanjang jalan menuju mansion, memacu kudanya sekuat mungkin.
Dia baru saja membayangkan hidup bahagia berempat. Tertawa bersama. Membayangkan betapa menyenangkan hidupnya nanti.
Itu motivasinya untuk menghampiri penyihir medis. Namun, tuhan berkata lain, dia mengambil Evelyn sebelum Duke Alex membahagiakan gadis kecilnya itu.
Duke Alex ingin berkata bahwa Tuhan sangat kejam padanya. Tapi dia juga ingat bahwa dia kejam pada putrinya sendiri sehingga tuhan memilih untuk mengambil Evelyn secepat ini.
"Jangan lupa janji ayah bahwa keluarga kita akan jadi keluarga paling bahagia."
Lelaki itu kembali menangis di samping peti mati. Suara Evelyn terngiang-ngiang di kepalanya.
'Bagaimana keluarga kita akan menjadi keluarga bahagia jika kunci bahagia itu pergi. Kau kuncinya putriku. Lantas bagaimana aku harus bahagia? Tertawa setelah kepergian mu? Sangat sulit melakukan itu, nak.' lirih Duke Alex.
Banyak tamu yang hadir di pemakaman Evelyn. Mereka kompak memakai mantel berwarna hitam sebagai tanda berduka atas kepergian gadis kecil tangguh itu.
Berita tentang Eleanor dan kejadian yang terjadi di mansion tersebar luar. Para masyarakat merasa simpati atas apa yang terjadi pada Evelyn. Juga sebagian dari mereka merasa bersalah karena pernah ikut andil dalam penderitaan gadis itu.
Eleanor dan ayahnya akan dihukum penggal kepala siang nanti setelah acara pemakaman Evelyn di alun-alun kota atas perintah Orion dan Elizabeth.
Gellen berdiri tanpa ekspresi di samping peti mati Evelyn. Semua orang tahu lelaki itu sangat terpukul hanya melihat mata sembab yang terlihat jelas.
Nick? Dia memilih mengurung diri di kamar. Menangis sambil menggenggam erat kalung milik Evelyn juga sekotak hadiah ulang tahunnya yang Evelyn simpan.
Dia perlahan meraih salah satu kado dan membukanya. Sebuah patung ksatria yang pernah ia idamkan ketika berumur 11 tahun dan secarik kertas.
'Jika surat ini sampai pada Kak Nick akaun ingin mengucapkan selamat ulang tahun kakak! Semoga impianmu tercapai. Aku menyimpan hadiah ini hingga kakak membukanya sendiri! Ini terlalu berharga jika kakak membuangnya. Hehehe.'
Air mata yang mengering kembali mengalir deras. Dia membenamkan kepala pada lutut. Tangisnya bergema di setiap pojokan kamar.Dia tahu, dia salah. Dia menyesal karena itu berilah dia peluang untuk menebusnya kembali.
Namun, tuhan memilih membawa Evelyn-nya pergi. Sejauh mungkin. Tidak bisa ia gapai sama sekali. Hatinya hancur. Momen bersama Evelyn tidak genap 24 jam. Sangat singkat.
Pintu terkuak menampilkan Nathan. Hancurnya Nick hari ini adalah hal yang tak pernah terjadi. Bahkan ketika mendiang Duchess pergi, Nick menangis meraung.
Perlu kalian tahu bahwa seseorang yang menangis seperti Nick itu lebih sakit dari orang yang menangis meraung. Itu karena ia tidak bisa mengeluarkan perasaannya, rasa sakitnya tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅
Fantasy{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, tapi mustahil di kehidupan gadis 15 tahun ini. Evelyn De Axerlion dituduh sebagai dalang dari pembu...