BERTAHAN

11.9K 701 1
                                    

Hua! Happy reading para readers terhormat!

Jangan lupa untuk vote disalah satu chapter!

_______________

   "Emma, apa kau tahu nama pangeran ketiga?" Tanyaku.

  Saat ini, aku dan Emma sedang bersantai di halaman rumah. Bulan mengganti peran matahari menerangi malam.

Emma mengutak-atik rambutku menjawab. "Yang Mulia Pangeran Ketiga bernama Kelian Arthur De Williams."

Aku mengangguk kecil. Ternyata namanya pangeran Arthur ya? Agak kesulitan memanggilnya pangeran ketiga. Terlalu panjang.

"Mengapa Elyn? Memikirkan pangeran ketiga yang anda selamatkan?"

  Iya, hari itu Emma mencercaku dengan berbagai pertanyaan melihat yang menghantarku padanya adalah ksatria milik Pangeran Ketiga.

  "Bukan begitu. Hanya saja aku terlalu malas untuk memanggilnya pangeran ketiga terus menerus. Jadi lebih baik aku memanggilnya dengan Pangeran Arthur." Jelasku.

  Emma tertawa kecil. Wanita itu terlihat tak percaya dengan perkataanku. Meskipun begitu, aku malas untuk menjelaskan.

  "Bulannya terlihat sangat terang bukan?"

  Emma memecah keheningan. Aku sontak mendongak menatap bulan. Benar kata Emma, bulan terlihat sangat terang.

  Dia membenarkan mantel dibahuku. "Musim dingin hampir mendekati. Cuaca akan tidak teratur. Orang akan mudah terkena flu."

  Aku tersenyum menanggapi hal itu. Emma adalah wanita yang memperhatikan segala detail tentangku. Aku sangat beruntung.

  Jack menghampiri kami dengan dua selimut dipundaknya. Tangannya memegang nampan yang berisi teko dan gelas.

  Emma segera mengambil nampan itu dan meletakkan diatas meja bundar. Harum coklat panas mengenai hidung. Jack paling mengerti kesukaanku.

  Dia menyampirkan selimut pada tubuhku dan Emma. Tubuhku terasa hangat dengan 2 lapis mantel dan selimut.

   "Mengapa kalian berdiri? Kalian bukan pelayanku melainkan keluargaku. Jadi duduklah." Perintahku.

   Aku tahu terkadang mereka masih merasa sungkan. Tapi bagaimanapun sikap itu harus dihapuskan mengingat mereka adalah orang terdekatku.

  "Mengapa kau tidak membawa selimut untukmu Jack?" Tanyaku sejurus mereka mengambil tempat dikursi masing-masing.

  Jack menggeleng kecil. "Saya sudah terbiasa, Elyn." Jawabnya.

  Aku segera melepaskan selimut yang ku pakai. "Pakai. Mantel ini cukup untukku."

  Awalnya Jack menolak. Setelah segala ancaman yang ku berikan seperti mengembalikannya pada mansion Duke., Akhirnya lelaki itu menerima selimut dariku.

  "Nah! Kau seharunya menerima dari awal agar tidak ku ancam." Kataku puas.

  "Jangan kembalikan saya ke mansion Duke. Saya mohon." Pintanya.

   Sontak aku dan Emma tertawa kecil melihat wajah melas yang ditunjukkan lelaki sok kuat itu.

  "Baiklah. Akan ku pertimbangkan." Godaku.

  Wajah Jack semakin memelas. "Elyn hanya bercanda, Jack. Kau tidak perlu khawatir." Timpal Emma.

  Jack menghela nafas lega. Lelaki itu kemudian menuangkan coklat panas di tiga gelas yang tersedia.

  Aku mengambil gelas itu lalu meniup pelan. Aroma coklat panas yang kental memasuki indra penciumku. Andai saja coklat ini tidak terlalu panas, akan ku habiskan sekali teguk.

(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang