Happy reading readers!
Jangan lupa klik bintang di bawah halaman!!
_________________________________________
Benar kata orang, menangis bikin kita mengantuk parah. Itu yang terjadi saat di kediaman Evelyn De Axerlion, putri Duke Alex De Axerlion.
Gadis itu tertidur pulas setelah kejadian yang menimpanya siang tadi. Dia juga tidak sadar kapan dia kembali ke kamar.
Siang telah berganti malam. Matahari telah digantikan oleh bulan yang malu-malu ingin keluar menampakkan diri pada semua makhluk.
Emma ingin membangunkan nonanya tapi urung melihat begitu pulasnya dia. Emma khawatir, nonanya itu melewatkan makan siang dan makan malam.
"Biarkan saja, Emma. Nona pasti akan bangun jika lapar mengingat dia tidak kuat menahan lapar." Kata Jack yang muncul tiba-tiba di belakang Emma.
Lebih tepatnya, Emma tidak menyadari kehadiran Jack yang sejak tadi berada di belakang. Dia terlalu fokus mengamati Evelyn.
Hampir saja Emma menjerit mendengar suara Jack. "Apa yang kau lakukan?"
"Mengamati tingkah lakumu." Jawab Jack.
Emma mendengus kesal. Jack adalah tipe menjengkelkan jika mengenalnya. Sedangkan pada pandangan awam, lelaki seperti kulkas berjalan.
"Sopan sedikit padaku, bocah! Aku lebih tua darimu!" Marah Emma sambil memukul kepala Jack.
"Aw! Sakit." Pukulan Emma tidak main-main. Wanita itu menggunakan seluruh kekuatan dalam untuk memukul Jack.
"Aku tahu mengapa kau tidak memiliki kekasih hingga saat ini." Kata Jack.
Emma memicing mata kesal. "Kenapa?" Tanyanya ketus.
"Tidak ada lelaki yang menyukai wanita kasar dan suka memukul."
Jadi secara halus, Jack menyatakan bahwasanya Emma adalah wanita kasar dan pemukul. Hal ini sukses membuat Emma marah besar.
Wanita itu mengambil ancang-ancang untuk mencubit lengan kekar Jack tapi tingkahnya itu urung disebabkan suara Evelyn memanggilnya.
"Emma." Panggil Evelyn.
Emma segera menghampiri nonanya itu. "Iya Elyn. Apakah Elyn lapar? Elyn melewatkan makan siang dan makan malam."
Jack ikut masuk dan berdiri. Dia mengamati tingkah Evelyn yang sedikit aneh. Gadis itu hanya menatap ke depan.
"Mengapa sangat gelap? Kau tidak menghidupkan lilin? Apakah lilin habis?" Tanya Evelyn.
Pandangannya gelap. Tidak melihat apapun. Dia sebenarnya kalut, perkataan Kevan bermain di kepalanya.
"Maksud anda? Saya telah menghidupkan lilin dan ini te-"
Bibir Emma terkatup. Tidak melanjutkan perkataannya. Dia perlahan-lahan menghampiri Evelyn.
"E-elyn, a-apakah Elyn bisa melihat saya?" Tanya Emma gugup, tangannya menggenggam tangan Evelyn yang terkepal.
Air mata mengalir di wajah tirus itu. Hal yang dia prediksi datang. Evelyn seharusnya menerima. Itu konsekuensi pilihannya. Tapi dia takut.
Melihat keterdiam Evelyn, Jack duduk disamping kiri Evelyn. Dia melihat mata biru Evelyn terlihat kosong. Tidak ada lagi binar seperti dulu. Hanya kehampaan.
"Emma, nampaknya racun itu telah menyebar pada saraf mataku." Kata Evelyn lirih.
Mendengar itu Emma langsung menangis. Wanita itu meraih Evelyn dalam pelukan eratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅
Fantasy{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, tapi mustahil di kehidupan gadis 15 tahun ini. Evelyn De Axerlion dituduh sebagai dalang dari pembu...