Happy reading readers!
_________________________________________
Kabar buruk melingkupi mansion Axerlion saat ini. Cuaca mendung juga mendukung suasana suram di kediaman itu.
Gellen memandangi wajah yang terlelap dan tak kunjung membuka matanya itu dengan tatapan yang sulit ditebak.
Bahkan adik lelakinya menunduk sambil mengusap air mata yang terkadang jatuh mengalir di pipi.
Nick terus bergumam kecil meminta ayahnya bangun. Dia menyesal tidak memaksa ikut menemani ke rumah kakek nenek dan menjaga ayahnya dari apapun.
Tubuhnya bergetar hebat hingga sepasang tangan mengelus pelan rambut dan bahunya seakan memberikan kekuatan.
Nick menoleh dan memeluk orang itu dengan sangat erat. Menumpahkan tangis di pelukan itu. Lelaki itu terlihat sangat rapuh.
"Ayah akan bangun. Ayah kuat, kak." Bisik orang itu atau lebih tepatnya Eleanor sambil mengusap pelan punggung Nick.
"A-Aku ta-takut ayah menyusul i-ibu." Lirihnya. "A-aku-"
"Shut." Potong Eleanor. "Hal itu tidak akan terjadi. Ayah akan bangun. Kakak harus yakin soal itu."
Nick terdiam sambil mengangguk kecil dalam pelukan Eleanor. Lelaki itu menangis tanpa suara membuat Gellen merasa sesak.
Gellen melirik mereka berdua sekilas lalu beranjak dari kamar itu menemui tabib yang menunggunya di ruang kerja.
Kecelakaan yang menimpa ayahnya membuat semua tugas sebagai Duke dilimpahkan padanya.
"Bagaimana keadaan ayahku?" Tanya Gellen sejurus dia menduduki kursi di ruang kerjanya.
Tabib Criss, ayah dari Kevan. Anaknya pamit mencari penawar dari racun hingga dia harus kembali menjadi tabib mansion ini hingga putranya itu kembali
"Duke Alex koma akibat kehilangan banyak darah disebabkan luka tusukan di bagian perut beliau." Jelas Criss.
"Luka tusukan?"
Criss mengangguk kecil. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Gellen. Serasa di kulit hidup-hidup.
"Iya, Tuan Gellen. Luka tusukan sangat dalam di bagian perut rawan mengalami pendarahan. Beruntung Duke Alex tidak kehilangan darah melebihi 30 persen, jika tidak hal ini bisa berujung kematian."
Jawab Criss.Gellen mengernyit. "Beruntung?"
Criss menelan ludah. Sepertinya dia salah mengambil kata. Lelaki itu bersimpuh dan mengatupkan kedua tangannya.
"Ma-maafkan saya, tuan! Sa-"
"Keluar." Potong Gellen. Criss menatapnya bingung. "Keluar sekarang atau aku akan berubah pikiran."
"Terima kasih, tuan. Saya pamit terlebih dahulu." Pamit Criss.
Saat pintu telah ditutup rapat, fokus Gellen beralih pada asisten yang berdiri di samping jendela.
Allianz mendekati meja Gellen. Dia meletakkan kertas hasil investigasinya terhadap kecelakaan yang dialami Duke Alex.
"Saya izin menjelaskan Tuan Gellen."
"Hmm" jawab Gellen sambil membuka lembaran kertas itu.
"Menurut penelitian yang kami lakukan, kejadian ini di rencana. Sepertinya mereka memiliki niat mencelakai Duke Alex." Kata Allianz.
Gellen mengerutkan dahi bingung. "Maksudmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅
Fantasy{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, tapi mustahil di kehidupan gadis 15 tahun ini. Evelyn De Axerlion dituduh sebagai dalang dari pembu...