Happy reading readers!
Jangan lupa untuk vote dan komen!
___________________________
Malam telah menunjukkan pesonanya dengan bintang bulan sebagai pelengkap menghiasi latar biru kehitaman itu.
Evelyn fokus mendengar cerita dari Emma. Entah apa yang membuat Evelyn ingin mendengar bacaan cerita sebelum tidur.
"Putri duyung yang berhati baik itu tidak tega membunuh pangeran yang dicintainya. Tepat saat matahari muncul, dia menusuk dirinya sendiri dan menjatuhkan dirinya ke laut. Akhirnya putri duyung mati meninggalkan kenangan. Tamat."
Emma menutup buku cerita tentang putri duyung yang berubah menjadi manusia karena jatuh cinta dengan pangeran yang di tolongnya.
"Elyn belum tidur?" Tanya Emma melihat Evelyn masih membuka mata.
Gadis itu menggeleng. "Aku merasa kasihan dengan putri itu. Tapi dia tidak jahat. Putri itu memilih mengorbankan dirinya dari membunuh sang pangeran." Keluh Evelyn.
Dia merasa sedikit tidak puas. Tapi harus gimana lagi. Ini adalah dongeng yang populer dikalangan anak-anak.
"Putri itu juga salah, Elyn. Terlalu naif. Cinta bukan alasan yang bagus untuk mengorbankan dirinya. Dirinya tidak memiliki darah apapun dengan pangeran. Bahkan baru bertemu hanya sekali saat pangeran tenggelam."
Cinta terlalu buta. "Putri duyung yang naif." Gumam Evelyn.
Dia sadar cerita hidupnya dengan putri duyung itu hampir sama. Bedanya Evelyn mengorbankan hidupnya untuk kakaknya dan putri duyung itu mengorbankan dirinya untuk cinta.
"Sudah malam. Elyn harus tidur." Kata Emma.
Evelyn menggeleng. "Aku menunggu Jack. Pelukan sebelum tidur."
Sontak Emma menoleh kearah Jack yang berdiri di samping pintu. Mereka berbicara tanpa suara hanya gerakan mulut.
Emma meminta lelaki itu menghampiri Evelyn dan memeluknya hingga tertidur. Nonanya akan mudah capek jika kualitas tidurnya menurun.
Sedangkan Jack menggelengkan kepala. Gellen telah memperingati dirinya untuk tidak mengganti perannya.
Dia meminta Emma untuk mengatakan pada Evelyn bahwa dia di kamar mandi sambil memberi jeda waktu untuk Tuan Muda Pertama itu beberapa menit lagi.
Jika ia tidak hadir, maka Jack akan melakukan itu. Meski nanti akan menimbulkan pertanyaan pada Evelyn karena postur tubuh yang sedikit berbeda.
"Elyn, sebentar ya, Jack lagi di kamar ma-"
Perkataan Emma terpotong begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok Gellen dalam balutan kemeja hitamnya.
"Jack? Kau kah itu?"
Dia melirik Jack mengkode lelaki itu untuk berbicara. Sedangkan ia menghampiri Evelyn dan mengelus surai adiknya itu.
"Iya, nona." Jawab Jack.
Senyum mengembang di bibir Evelyn. Gadis itu sedikit meminggir lalu menepuk-nepuk kasur di sampingnya, meminta Jack duduk.
Gellen mendudukkan tubuh. Tangannya tidak berhenti mengusap surai itu. Evelyn merengkuh tubuh itu dari samping dan memejamkan mata dalam dekapan.
"Banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu. Terutama sikapmu hari ini. Maaf telah merepotkanmu dan Emma." Kata Evelyn lirih.
Gellen melirik tajam Jack. Nampaknya ksatria itu menyinggung perasaan adiknya. Dia menyuruh Jack menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅
Fantasy{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, tapi mustahil di kehidupan gadis 15 tahun ini. Evelyn De Axerlion dituduh sebagai dalang dari pembu...