"Perasaan apa ini?"
Kevan Xavier Dexton
#####
Evelyn menatap kesal Kevan yang saat ini sedang duduk dihadapannya sambil menikmati teh yang disuguhkan.
"Maksudmu mengajakku keluar hanya untuk ini?" Tanya Evelyn kesal.
Bagaimana tidak, dia berfikir bahwa lelaki itu akan mengajaknya ke tempat yang menyenangkan atau kepasar. Terlebih Kevan membawanya menaiki kereta kuda.
Nyatanya tidak, lelaki itu meminta kusir memutari tembok yang mengelilingi mansion lalu berhenti gerbang depan. Kemudian, membawa Evelyn menuju ke taman yang bisa Evelyn lihat dari jendela kamarnya sendiri.
Dan sialnya, otak Evelyn bisa-bisanya terpaku dan diam mengikuti langkah tabib muda itu. Terlebih lagi, wajah santai Kevan yang seperti tidak memiliki salah sama sekali.
"Iya. Aku hanya ingin kau tahu kondisi diluar tembok mansion." Balas Kevan kelewat tenang.
"Lalu apa maksudmu aku akan senang dengan tempat yang menurutmu rahasia. Oh, dan ternyata tempat itu hanyalah tamanku, yang sering aku lihat dari jendela kamar?!"
Kevan terkekeh kecil melihat wajah Evelyn yang memerah karena marah dan kesal bercampur aduk. Ia akui wajah Evelyn tambah menggemaskan.
"Kau baru saja mengalami sakit luar biasa. Jadi, mana mungkin aku membawamu keluar dari mansion ini? Bagaimana jika tiba-tiba sakit itu datang?" Kevan menatap tepat pada retina biru Evelyn.
Evelyn mengedikkan bahu. "Kan ada dirimu, tabib." Sengaja dia menekan kata tabib dihadapan Kevan.
Kevan menghela nafas. "Jangan berkata seperti itu, Elyn. Aku merasa bahwa aku gagal menjadi tabib." Lirihnya.
"Maksudmu?"
"Kau tahu, setiap kali aku menghadapi pasien yang tak mampu aku sembuhkan, aku merasa gagal dan tak berguna." Keluh Kevan sambil meraup wajahnya kasar.
Evelyn tertegun. "A-Aku tidak bermaksud seperti itu. Menurutku kau sangat hebat."
"Sudahlah. Lupakan. Mari nikmati teh ini sebelum mendingin." Putus Kevan. Dia tidak ingin membebankan Evelyn hanya karena ucapan tak sengajanya itu tadi.
Suasana hening kini menyelimuti mereka berdua. Baik Evelyn maupun Kevan juga Jack dan Emma sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Jack dengan pikirannya yang sejak tadi berandai-andai. Andai dia bisa menggantikan nonanya, andai dia bisa mencegah nonanya, andai kemarin malam dia tidak membentak nonanya dan andai-andai yang lain.
Sedangkan Emma, dia sibuk memikirkan apa yang harus ia lakukan agar nonanya nyaman dan sehat seperti dulu. Haruskah dia memberitahu Duke atau diam seperti perintah Evelyn.
Kevan mengaduk tehnya dengan pikiran yang tak kalah rumit. Bagaimana jika dia berpetualang mencari penawar? Tapi dia tidak ingin berjauhan dengan Evelyn dan alasannya juga ia tidak mengetahui. Perasaannya tak rela.
Meski terhitung masih 2 hari mereka berteman, nyatanya Kevan nyaman dengan sikap Evelyn yang ramah dan selalu tersenyum. Tidak seperti kebanyakan lady bangsawan yang sombong.
Lain cerita dengan Evelyn, gadis itu malah memikirkan hal yang tak penting. Seperti kado ulang tahun Gellen, Nick dan Duke yang akan terjadi bulan-bulan mendatang.
Disaat yang lain mengkhawatirkannya, Evelyn malah mengkhawatirkan kado yang belum sempat ia beli dan berencana membelinya sebelum racun itu merusak saraf kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Tahap Revisi) Lady And Her Pain ✅
Fantasy{Warning! Masih tahap revisi dan banyak typo berterbangan!} Hal yang Evelyn inginkan hanya kasih sayang keluarga. Tidak begitu sulit kedengarannya, tapi mustahil di kehidupan gadis 15 tahun ini. Evelyn De Axerlion dituduh sebagai dalang dari pembu...