Prolog

24.3K 500 7
                                    

"Seperti apa kebahagiaan? Apakah itu sangat indah?"

Jalan raya Srikandi terlihat sunyi, tapi itu tak lama saat sebuah mobil abu melaju sangat cepat disusul oleh dua mobil lain. Mereka tak peduli jika nanti mendapatkan protes atas aksi saling mengebut. Sekarang waktunya untuk saling menyerang.

Gadis berambut sebahu menarik tuas hingga full, ia membanting setir hingga mobilnya berputar sedang ke arah kiri untuk keluar dari jalan Srikandi.

Suara decitan ban yang bergesek pada aspal disusul oleh tembakan yang saling menyusul untuk menembak mobil abu itu menjadi melodi ditengah malam. Para warga yang awalnya tidur nyenyak mulai terganggu. Banyak cahaya lampu rumah yang tadinya mati seketika terang benderang.

Mata gadis itu melihat depan, ia tak peduli lampu merah sudah menyala. Yang saat ini ia pikirkan lolos dari mereka daripada menjadi mangsa lezat dengan berakhir mengenaskan. Tapi tanpa ia sadari, dari arah kanan terlihat sebuah truk besar yang melaju sangat cepat.

Mata gadis itu menoleh ke arah kanan, ia terkejut saat mendapatkan truk yang mengeluarkan klakson dengan sorot lampu terang. Saat ingin menginjak pedal rem, ia tak sempat karena truk itu sudah menghantam mobilnya yang berguling-guling hingga remuk.

Gadis itu terbatuk hingga mengeluarkan darah, ia membiarkan darah yang menetes dari kepalanya. Berusaha menggusur tubuh lemahnya keluar dari mobil yang sudah tak bisa dikatakan baik-baik saja.

Bangkit sambil memegang tangan kanan yang sepertinya patah. Ia mengedarkan pandangan masuk ke dalam mobilnya untuk mencari benda pipih persegi. Tapi dirinya menepuk jidat saat teringat jika benda itu tertinggal di markas. Bagaimana bisa dirinya sangat bodoh disaat keadaan mulai genting.

Suara mobil lain yang berhenti dengan cahaya terang itu membuat gadis itu berbalik. Ia menatap waspada saat dua mobil yang tadi mengejar dirinya sudah ada didepan. Habis riwayatnya saat ini.

Pintu dua mobil itu terbuka menampilkan beberapa pria dengan jas rapi. Gadis itu tak bisa melihat dengan benar karena sorot cahaya yang sangat terang membuat dirinya secara reflek menghalaunya dengan tangan kiri.

"Valencia Agatha, hidupmu akan berakhir disini."

Gadis itu hanya bisa menatap lemah pada gerombolan pria itu. "Jangan harap! Gue yang akan membunuh kalian! Emangnya apa kalian bisa membunuh gue? Iblis yang memiliki kehidupan abadi," ucapnya dan menatap sinis para pria itu.

Salah satu pria yang paling depan tersenyum miring. "Ada, karna saya yang menciptakanmu. Jadi saya tau kelemahan dirimu, Valencia."

Valencia terdiam membeku. "Cih! Jangan terus bermimpi jika itu akan menyakiti diri lo. Bangun dan sadar, iblis tak memiliki kelemahan."

"Tak memiliki kelemahan? Terus ini apa?" Pria itu segera menancap sebuah suntikan dengan cairan merah pekat pada leher sisi kanan Valencia.

Valencia menjerit, ia memegang lehernya. Tiba-tiba darahnya seperti berhenti mengalir, ia merasa sesak. Mata merahnya menatap para pria itu. Bertanya, apa yang baru saja si pria itu berikan pada tubuhnya. Kenapa tubuhnya terasa lumpuh.

Pria itu terkekeh penuh kemenangan saat lawannya sudah melemah. "Itu cairan untuk menghentikan sesuatu dalam tubuhmu. Kau akan terlihat tak berguna, dan secara perlahan lenyap."

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang