35. Dendam terselesaikan?

1K 78 0
                                    

(Backsound, Heaven and back by Chase Atlantic).

Seluruh murid Dewi Purna dikumpulkan ke sebuah aula outdoor yang sangat luas. Dari mereka bertanya-tanya apa gerangan para guru mengumpulkan mereka dihari kamis. Tidak biasanya para guru mengumpulkan murid tanpa alasan tertentu.

Seperti biasa, kedatangan Rava bersama teman-temannya menjadi pandangan pusat saat memasuki aula. Mereka mengambil duduk paling depan saat para murid memberikan jalan untuk mereka. Beberapa murid ada yang lebih fokus untuk pasangan serasi, siapa lagi kalau bukan Rava dan Sandra. Tentu untuk para fujo dan fudo berteriak gemas dan baper untuk kedua pasangan itu.

Rava memperlakukan Sandra layaknya ratu. Bahkan saat duduk saja Sandra di tuntut walau sempat di tolak. Prilaku Rava pada Sandra membuat iri untuk para penggemarnya. Ada yang terima, dan ada yang tidak terima. Ingin protes tapi sadar jika hal itu terjadi nyawa mereka yang jadi incarannya.

Suara ketukan pada mic membuat perhatian murid teralihkan ke podium. Disana terdapat beberapa guru yang berdiri tegak, dan salah satu guru pria maju kedepan sambil memegang mic.

"Baik, semuanya sudah terkumpul kan?" tanyanya yang di jawab serempak oleh para murid. Mengatakan jika semuanya sudah. "Bapak ada sebuah pengumuman, lebih tepatnya berita untuk teman kita," cakap nya membuat para murid kembali berbisik.

"Sudah, bapak mengatakan. Teman kita Erza, Guntur, Cikal dan Fathir menghilang selama tiga hari ini. Para polisi sudah mencari mereka tapi tak ada bukti. Mungkin dari kalian mengetahui keberadaan mereka dan bisa kasih tau kami. Orangtua mereka membutuhkan pertolongan kita semua," jelasnya.

"Benarkah itu?"

"Ya bagus dong kalo mereka ilang atau di culik. Kan sekolah kita aman dari tindasan mereka."

"Bener banget! Bahkan udah ada dua korban yang hampir mati gara-gara mereka. Orangtua mereka sulit mendapatkan keadilan karna kedudukan yang berbeda."

"Aku sih bodo amat dengan berita mereka."

"Huum, aku seneng kalo mereka ilang."

Para murid bukannya berduka cita mengenai kehilangan temannya malah bersenang riang. Lagian, siapa yang peduli pada segerombolan penindas? Orang seperti itu tak patut dikasihani, dan pantas mendapatkan ganjaran yang setimpal.

"Woh, jadi bener berita itu? Geng si Erza ilang secara tiba-tiba? Padahal gue pernah liat mereka di sebuah cafe sebelum ilang sih," ujar Kendra mendapatin tatapan dari teman-temannya.

"Tapi kok bisa sih? Geng si Erza kan selalu di kawal oleh bodyguard. Gue juga pernah liat kalo mereka ke cafe seberang sana selalu di penuhi oleh pria berpakaian rapih," bisik Dimas sambil menundukkan sedikit wajahnya.

"Lagian, ilangnya mereka tidak bikin kita rugi. Lihatlah yang lain, tidak ada satupun memancarkan wajah sedih mengenai ilangnya geng Erza," timpal Jefrian dengan wajah judes.

"Mati sekalian kek," celetuk Nicholas dan segera ditutup mulutnya oleh Malvin.

"Ush, gak boleh gitu." Malvin tersenyum tipis, dan menarik kursi Nicholas agar semakin dekat dengannya.

"Berita ilangnya geng Erza juga sampai media." Garen memperlihatkan ponselnya, menampilkan sebuah berita dalam ponselnya.

"Itu beneran polisi gak bisa nemuin mereka?" bisik Sandra. Ia sempat melirik Rava yang terdiam dengan senyum mencurigakan. 'Apa mungkin- tidak! Tidak mungkin jika Rava pelakunya.' Sandra mengenyahkan pikiran itu. Jangan salah tuduh, belum tentu itu benar.

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang