51. Culik 2

466 34 7
                                    

Sandra memasang wajah tersedu-sedu saat Jefrian berusaha melepaskan kunci rantai yang mengikat tubuhnya. "Ian, gue gak tau harus gimana pas gue ditahan sama mereka. Gue pikir kalian akan telat jemput gue- huaaa~"

"Mana ada kita biarin lo begitu aja. Denger lo begini aja bikin kita panik, apalagi pas Rava tau lo diculik- dia ampir bunuh bodyguard yang seharusnya jaga lo." Jefrian mencari benda sesuatu untuk membuka gembok sebagai kunci rantai itu.

"Uhhh.... Sangat uwu banget dia~" ucap Sandra sambil menggerakkan tubuhnya ke kanan kiri; seperti orang yang malu-malu sama gebetan.

"Tapi lo kagak diapa-apain sama mereka kan?" tanya Jefrian.

Sandra menggeleng. "Enggak kok," jawabnya— Jefrian tidak tau, jika pelaku penculik lebih parah diperlakukan oleh Sandra macam babu dadakan.

"Syukurlah, bisa rata nih gedung pas tau lo kenapa-napa," ujar Jefrian. Ia tau bagaimana posesif Rava pada Sandra, jika orang ada yang berani lukai pemuda manis itu- jangan harap ada hari esok.

Brakk!!

Dua pemuda itu terlonjak kaget saat mendengar suara keras dari arah depan. Disana Rava berusaha menghalang Nerios yang hampir melukai dirinya dengan sebuah pipa besi. Rava dengan kekuatan magis melempar tubuh Nerios hingga terpental ke pintu luar ruangan sekap itu.

"Ian, apakah Rava akan baik-baik saja? Gue rasa, jika pria itu memiliki energi kuat ketimbang Rava. Ke tingkatan dia jauh berbeda, sedangkan Rava masih dalam tahap pemulihan," terang Sandra saat matanya menangkap sesuatu dibalik tubuh Nerios.

Jefrian melirik Sandra. "Sand, lo beneran bisa melihat sesuatu yang tak bisa kita lihat?"

Sandra mengangguk pelan. Entah bagaimana, tapi ia bisa merasakan aura yang berbeda diantara Nerios dan Rava. Begitu juga dengan yang lain. "Ketahapan kekuatan magis mereka memang berada di tahap setara. Tapi, iblis dalam diri Rava belum pulih. Dia beberapa persen."

"Sepertinya iya- mungkin karena Valencia kembali hidup dengan raga berbeda. Tahap kekuatan magis masih harus dipulihkan untuk menyamakan dengan raga barunya. Takutnya, raga sekarang itu memiliki daya lemah ketimbang raga dulu," terang Jefrian.

"Gue ngiranya juga begitu, Ian. Tapi, magis dalam tubuh Rava sekarang lebih besar ketimbang dulu. Dia bisa mengoptimalkan semuanya dalam satu, dan itu bisa melebihi kontrol dalam dirinya," ujar Sandra.

"Ya sudah, sekarang kita fokus bagaimana cara membuka gembok ini. Dan- apakah mereka berlebihan modal dalam mengikat korban? Kenapa tidak pakai tali tambang atau tali biasa saja untuk mengikat korban? Itu kan mudah untuk melepaskan diri!" gerutu Jefrian mencoba buka gembok hanya menggunakan paku yang berada di sekitarnya tadi.

"Pakai jepitan bisa kali," usul Sandra.

"Jepitan darimana? Emangnya lo punya?" tanya Jefrian yang dibalas gelengan kepala oleh Sandra. Bagus!

"Baik, biar gue coba benda disekitar sini. Mudah-mudahan ada yang pas sebagai kunci ganti," kata Jefrian.

Dalam konsentrasi penuh, tiba-tiba Liora datang sambil menenteng sebuah kunci. "Apakah ini yang kalian cari?" katanya.

Jefrian dan Sandra mengalihkan pandangan. Kedua pemuda itu berdecak malas saat kembali bertemu dengan wanita itu. 'Apakah dia tidak kapok dibuat jadi babu oleh gue?' batin Sandra merasa jengkel.

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang