9. Ilusi

2.2K 163 2
                                    

Kabar mengenai guru wanita yang terkenal songong dan berpakaian sangat tipis membuat gempar satu sekolah Dewi Purna. Video yang tersebar lewat media menjadikan pembicaraan hangat di pagi hari. Bukan sekolah saja, tapi seluruh pengguna media melihat video yang tersebar luas dalam satu malam.

Rava telah sampai disekolah sebelum gerbang akan ditutup beberapa detik lagi. Pemuda itu melepaskan helm dengan gaya penuh percaya diri, tapi sayang. Para murid tak memiliki minat untuk memandang dirinya, mereka lebih memfokuskan berbicara asik sambil menunjuk-nunjuk ponsel mereka.

"Ada apa ini?" gumamnya.

"Oy! Lo kesini!" Rava menunjuk pemuda dengan kaca mata besar serta penampilan amat culun. "Ada apa itu?" Rava merangkul pemuda itu agar semakin dekat dengannya.

"Hm.. Anu, m-mereka sedang membicarakan bu Dona. V-video dimana bu Dona melakukan sesuatu pada muridnya," jelas pemuda itu.

"Ohh.. Berita itu. Rupanya dah sampai," ucap Rava dan melepaskan rangkulan pada pemuda itu. "Dah, lo bisa pergi." Pemuda itu segera pergi dengan terburu-buru.

Rava turun dari motornya, ia membenarkan tas ranselnya yang di bahu sebelah kiri. "Tak disangka, dalam semalam sudah ramai seperti ini." Rava menyeringai saat mendengar seluruh murid membicarakan hal jelek dan buruk untuk bu Dona itu.

"Ada gunanya gue buat status seru di sosmed." Rava tersenyum sangat lebar sambil memajukan langkahnya menuju kelas dirinya.

"Ini baru awal."

-RAVANGGA-

"Bu Dona, saya kecewa pada Anda. Saya kira Anda bisa mendidik mereka menjadi lebih baik sebagai guru. Tapi apa ini?! Anda menyalahgunakan posisi sendiri untuk menindas murid? Apa ini sikap seorang guru? Menindas dan melecehkan mereka! Memanipulasi serta merampas masa depan mereka! Tingkah Anda sangat menjijikkan dari seekor binatang!"

Brakk!!

Suasana ruang eksekusi sekolah Dewi Purna sedang dalam mencekamkan. Dewan guru marah besar setelah mengetahui berita yang menimpa sekolah besar mereka. Mereka sudah susah-susah menjaga nama baik sekolah, tapi saat ini nama sekolah Dewi Purna sedikit ternodai.

"Pak Mahdi, i-ini jebakan. Sepertinya seseorang ingin menjatuhkan posisi saya." Dona menjelaskan semuanya untuk pembelaan. Tapi seperti itu hanya sia-sia.

"Jebakan seperti apa? Sudah terlihat dalam video itu. Kau lah dalang utamanya!" teriak keras seorang pria berambut keriting.

"Pak Brata, tenang."

"Bagaimana saya bisa tenang bu Ema? Nama sekolah kita sudah ternodai karenanya!"

Pak Mahdi memijat pangkah hidungnya. "Video itu sudah tersebar luas, jadi. Kau tak perlu lagi mengajar disini serta sekolah lain. Mentri pendidikan mencabut pekerja dirimu sebagai guru."

Dona mendengar itu dengan pandangan tak percaya. "I-ini tak mungkin..." Dona menatap ketiga guru itu dengan pandangan memohon.

"Berikan saya satu kesempatan. Saya janji akan menjadi guru baik untuk mereka."

"Omong kosong! Sudahlah! Pergi kau dari sini sekarang! Saya muak melihat wajahmu!" usir pak Brata dengan kasar.

"Pak Brata, jangan berkata seperti itu. Kau sama saja dengan dia jika dirimu bersikap seperti ini," ujar bu Ema dengan halus.

Ema menatap Dona yang terlihat penuh memohon. "Dona, ini sudah keputusan langsung dari pak mentri. Kita hanya bisa menjalaninya. Untung kau tak dipenjara akan kasus ini, pak mentri hanya mencabut pekerja dirimu sebagai guru di seluruh sekolah ini. Jadi, kau harus bersyukur dan berterimakasih."

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang