Mengetahui akan kebenaran itu, Rava tau alasan kenapa William terus mencoba manusia ciptaan sendiri dengan kontrak jiwa iblis. Terutama dalang ledakan itu dari jiwa iblis miliknya- Dracas, keturunan terkuat yang dibangkitkan kembali oleh ayah William dan Bryan.
"Jadi, dia hanya ingin membalaskan sebuah dendam?" ujar Rava setelah termenung akan cerita Bryan.
Bryan mengangguk. "Dia telah diselimuti oleh dendam, menciptakan banyak makhluk aneh untuk mencapai keinginan sendiri. William menginginkan peradaban manusia menjadi kuat dan cerdas, tidak ada teledor atau kecerobohan lainnya."
"Tapi, itu juga kesalahan ayah kalian. Membangkitkan kembali keturunan iblis terkuat, hal itu menjadi dampak besar jika kegagalan itu terjadi. Tidak semena untuk memanggil mereka," terang Rava yang diangguki setuju oleh Bryan.
"Seorang ilmuwan sudah memperingati ayah kita untuk berhenti melakukan uji coba penyatuan setengah jiwa manusia dan jiwa iblis. Tapi ayah tetap kukuh, dia tak ingin rencananya gagal. Tapi sayang, rencana itu harus gagal karena kesalahan sendiri," cakap Bryan.
"Dracas, lo telah membunuh banyak orang," batin Rava dengan jiwa iblis Dracas.
Diruangan gelap yang hanya diterangi sedikit cahaya lilin, Dracas mengangguk saja. "Ya, aku telah membunuh banyak lewat darimu. Memangnya kenapa? Apakah kau menyesal telah membunuh mereka?"
"Ck, diri lo tak ada rasa bersalah."
"Iblis tak memiliki rasa bersalah atau rasa kasihan lainnya. Seharusnya kau tau bocah."
"Rava?" Bryan bingung saat Rava malah diam terbengong.
Rava tersentak. "Ah! Maaf paman, saya sedang memikirkan bagaimana kelanjutan untuk menyelesaikan semua ini. William tak henti meneror saya, apalagi mendapatkan seluruh kekuatan telepati kekasih saya."
"Kamu tenang saja, saya sudah menyiapkan apa saja jika William bergerak. Dan lagi, akan ada waktunya pertumpahan darah kembali terjadi. Kamu harus menjaga mereka disaat William melakukan rencananya." Bryan menepuk bahu Rava.
"Saya rasa, jiwa iblis mu telah mengendalikan semuanya dengan aman," lanjut Bryan yang membuat Rava terkejut.
"Anda mengetahuinya?"
Bryan terkekeh. "Mata mu, membuktikan ada jiwa iblis lain. Saya rasa, Dracas menjadi teman jiwa mu."
"Apakah paman akan membunuh saya? Mengetahui jika Dracas berada di dalam tubuh saya." Wajar bukan jika pria yang kakak-beradik itu memiliki dendam pada jiwa iblisnya? Hati anak mana yang menyaksikan kematian kedua orang tuanya.
Bryan menggeleng. "Saya tak menyimpan dendam sedikitpun pada Dracas. Kesalahan ayah saya yang menyebabkan kekacauan besar. Jika hatinya tak diselimuti keserakahan, kekacauan beberapa tahun lalu tak akan terjadi."
"Terimakasih paman."
"Sama-sama, saya ingin sebuah kerjasama denganmu. Menggagalkan rencana William yang memusnahkan peradaban manusia." Bryan menyodorkan sebuah tangan kanan. Bermaksud untuk menyetujui rencana mereka.
Rava mengangguk, ia membalas jabatan tangan pria itu. "Saya menerimanya."
-RAVANGGA-
"Rava, tak enak dilihat banyak orang. Lebih baik aku keluar bergabung dengan yang lain." Sandra mengeliat tak enak duduk di atas paha Rava. Apalagi mata anggota geng motor itu tak henti meliriknya.
Tangan kanan Rava semakin kuat mencengkram pinggang ramping Sandra. "Diamlah sayang, kau tau ingin melihat sebuah pertunjukan seru?"
"Tapi-" tengkuk Sandra di tarik kasar oleh Rava, membuat bibir keduanya saling menyatu dan melumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆
Teen Fiction(18+) story notes 2🔞 Transmigrasi | M-preg | Adults teen | BXB Kehidupan itu penuh kejutan, entah apa kejutan yang sang Pencipta berikan. Mau itu cobaan, takdir, nasib atau lainnya yang katanya seperti roda berputar. Kisah sederhana yang mencari ke...