Hari sabtu adalah hari yang membahagiakan, dimana hari itu akan menyudahi seluruh aktivitas selama beberapa hari ini. Besok mereka bisa enak menyantai dengan merebahkan diri di kasur seharian tanpa gangguannya. Kecuali jika dihari minggu masih ada yang memaksa untuk beraktivitas.
Jam pelajaran pertama Rava saat ini adalah penjas. Pelajaran yang menghabiskan tenaga otak sangat dibenci oleh pemuda titan itu, tapi jika pelajaran yang menghabiskan tenaga tubuh sangat digemari olehnya. Terutama menghabiskan tenaga diranjang sama ayang bebeb Sandra.
"Baik, untuk memulainya. Kita pemanasan terlebih dahulu. Berputar selama tiga kali untuk laki-laki, sedangkan perempuan satu kali, lepas itu kalian akan dibagi kelompok menjadi dua untuk permainan basket," tutur pak Darto yang merupakan guru olahraga dan dewan guru.
Rava menyedot habis susu rasa sereal kesukaannya. Ia melihat terlebih dahulu murid perempuan yang berlari memutar lapangan sebanyak satu kali. Beberapa dari mereka sudah ada yang mengeluh lelah dan menyerah begitu saja.
"Ck, lemah banget sih," gumam Rava melihat Tania yang merupakan cewek heboh dikelasnya sudah ambruk begitu saja.
Rava mengitari area lapangan, ia mencari kekasihnya yang berpisah waktu ke lapangan. Orang yang ia cari sudah ditemukan, disana Sandra bergabung dengan yang lain. Kekasihnya itu tertawa lepas bersama murid laki-laki dan perempuan.
"Rav, giliran kita." Dimas membuyarkan lamunan pemuda titan itu yang memandang takjub keindahan visual kekasihnya dibawah terik matahari pagi.
Rava membuang susu kotak yang telah habis ke tempat sampah. Dirinya berlari kecil bersama Dimas yang mulai memasuki garis putar lapangan. Pak Darto sudah memberikan aba-aba, dan saat peluit dibunyikan mereka mulai berlari cepat.
Sandra dengan ogah-ogahan berlari mengikuti yang lain. Ia sangat lemah dalam olahraga, lebih baik menghabiskan waktu mengerjakan tugas matematika puluhan lembar dibandingkan olahraga seperti ini. Capek iya, haus iya.
Sedangkan Rava berlari cepat saling beradu dengan Garen. Kedua kakak beradik itu tak ingin kalah dalam bersaing. Terutama bersaing merebutkan pemuda manis nan imut itu.
Dimas dan Kendra memelankan lari mereka. "Tuh bocah napa dah?" gumam Kendra menatap heran temannya itu.
"Gak tau." Sebenarnya Dimas tau permasalahan kakak beradik itu, tapi ia abaikan saja daripada bikin sakit hati mulu.
Rava tak sengaja mendorong Garen pelan, tapi dorongan Rava dibuat serius oleh kakaknya itu. Kedua pemuda itu saling mendorong sambil berlari, bahkan setelah putaran ketiga selesai mereka masih berlari membuat tatapan kebingungan dari yang lain.
Sandra belum sampai, bahkan dua putaran saja belum ia selesaikan. Ia begitu malas kalau disuruh lari seperti ini. Tenaganya berasa diserap begitu saja oleh cahaya matahari pagi ini.
"Haus." Sandra mengelap keringat pada lehernya, ia menatap matahari dengan lelah.
Rava dan Garen sibuk beradu dengan mata penuh permusuhan. Mereka tak menyadari jika di depan masih ada orang, dan dengan kerasnya kakak beradik itu tak sengaja menabrak tubuh Sandra yang sudah lelah.
"Huaaa!! Lutut gue!!" Sandra menjerit sakit saat kedua lututnya terlebih dahulu mencium tanah kasar lapangan.
Rava dan Garen berhenti berlari, mereka melirik kebelakang. Dan betapa terkejutnya melihat Sandra yang sudah menangis dengan kedua lutut memar hingga terdapat jejak darah kecil.
Kedua kakak beradik itu segera menhampiri Sandra yang terisak sambil mengusap kedua lututnya. Sebelum Garen sampai dihadapan pemuda manis itu, ia keduluan oleh Rava.
"By, you oke?"
Sandra mendelik, ia meringis sakit pada kedua lututnya. "Oke mata lo buta! Liat karena ulah lo itu! Kedua lutut gue terluka!" Sandra kembali menangis, ia sungguh merasa sakit untuk lututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆
Teenfikce(18+) story notes 2🔞 Transmigrasi | M-preg | Adults teen | BXB Kehidupan itu penuh kejutan, entah apa kejutan yang sang Pencipta berikan. Mau itu cobaan, takdir, nasib atau lainnya yang katanya seperti roda berputar. Kisah sederhana yang mencari ke...