38. Kawan dan musuh

791 64 3
                                    

Kasus kematian empat pemuda menjadi perbincangan hangat di sosial media, bukan ramai karena posisi keluarga terkenal. Melainkan kematian mereka yang tak wajar, sebuah mobil yang dijatuhkan ke jurang dengan tubuh mereka tercabik-cabik.

Keempat keluarga itu menangis histeris saat melihat anak mereka mati tak wajar. Siapa pembunuh yang tega melakukan ini pada anak mereka. Salah apa anak mereka hingga mati dengan tubuh di mutilasi.

Tempat kejadian sangat ramai, para polisi terus menggali informasi untuk mencari pelaku. Bukan polisi saja, awak media ikut menyelimuti seluruh area buat berita.

"Setelah satu minggu lebih dalam pencarian, akhirnya mereka ditemukan tak bernyawa disebuah jurang. Kondisi mereka tidak bisa dikatakan baik-baik saja—"

"Kita turut berdukacita atas meninggalnya keempat pemuda itu. Semoga polisi segera menemukan pelaku agar mendapatkan keadilan setimpal—"

Seorang pria gagah berjalan melewati kerumunan pada media dibantu kepolisian lain. Dia menaikan sedikit palang kuning sebagai pembatas agar tak mengganggu proses kerja para polisi yang sedang selidiki kasus kali ini.

"Pak, kita menemukan ini." Seorang polisi muda berjalan mendekati pria itu sambil menunjukkan sebuah bukti yang berada di kantong khusus.

Pria itu menerimanya. "Ada bukti lagi?" tanyanya mengamati sepotong tangan yang di plastikin. Dia melihat sebuah huruf yang tak asing untuknya.

R-K?

Kenapa hal ini terasa dejavu untuknya. Dulu ada kasus pembantaian yang meninggalkan jejak seperti ini. Sampai saat ini pelakunya belum di tangkap, padahal banyak sekali bukti yang mereka dapatkan. Tapi entah apa yang kurang hingga tak bisa menangkap pelakunya.

"Tidak pak Harris, kami cuma menemukan hal itu saja," jawab polisi muda itu.

"Kau terus selidiki sekitar sini. Cek rekaman disetiap jalan, kapan dan dimana tempat terakhir mereka," perintah Harris yang di anggukin oleh polisi muda itu.

Harris terus mengamati potongan tangan yang terdapat singkat huruf. "Apakah ini inisial nama?" gumamnya setelah berpikir lama.

-RAVANGGA-

"Harganya berapa kak?" Sandra keringat dingin saat kasir wanita itu menatap dirinya penuh intimidasi.

"57 rebu," jawabnya dengan seadanya. Dia mengantongi belanjaan Sandra kedalam plastik kecil.

Sandra tersenyum kikuk, dia memberikan uang pas. "Makasih nya kak." Dia akhirnya segera pergi dari klinik yang tak jauh dari rumahnya.

Kasir wanita itu menggeleng kepalanya, dia kembali mengunyah permen karetnya. "Ada-ada aja pasangan jaman sekarang. Bisanya dapat enak, bagian jadi kagak mau."

Sementara itu Sandra tersenyum setelah mendapatkan apa yang ingin ia beli sedaritadi malam. Tidak salah bukan dia membeli obat kb untuk mencegah kehamilan, jadi setelah pulang dia akan langsung minum sebelum janin berbentuk. Dia belum siap.

Dikarenakan dia tadi mengambil jalan agak sedikit jauh, dia lebih mencari jalan pintas sebuah gang sepi. Yaa.. Walaupun sepi dan kosong, tapi gang itu tak terlalu seram karena ditemani oleh cahaya matahari yang begitu terang.

Baru di tengah perjalanan, dia mendengar suara bisik dari sebuah motor. Tak lama tubuhnya di kelilingin oleh puluhan motor, membuat Sandra menutup matanya karena debu.

"Uhuk! Siapa kalian?!" tanya Sandra sambil berbatuk.

Puluhan motor itu berhenti, terlihat pakaian mereka serba hitam dengan wajah yang ditutupin oleh topeng. "Oh, jadi ini yang diperintahkan si bos? Lumayan, bening juga nih anak," ujar salah satu yang berhadapan langsung dengan Sandra.

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang