15. Pembalasan

1.6K 117 2
                                    

Seperti biasa, setelah pulang sekolah Dimas akan langsung kerja. Mencari sepeser uang untuk menghidupin sehari-harinya. Gaji yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan, bayar tempat tinggal dan sekolah. Kadang-kadang dia tak akan makan selama beberapa hari, hanya minum.

"Selamat sore kak Naya," sapa Dimas saat memasuki cafe tempat ia kerja.

"Eh Dimas, dah pulang." Naya tersenyum lembut. Dimas sudah dianggap seperti adik untuknya, mereka berdua sangat dekat. Bahkan Naya yang selalu mengurus Dimas, dari makan, tempat tinggal.

"Dimas kebelakang dulu kak, mau ganti baju." Dimas segera berjalan menuju ruang ganti. Ia mengambil baju khas karyawan cafe dari loker miliknya.

Setelah selesai, Dimas kembali untuk mengerjakan tugasnya. Hari ini bagian dia berjaga di kasir, menyapa dan menanyakan pesanan apa saja dari pelanggan yang mulai ramai karena hari sabtu.

Tring!

Bunyi bel cafe terdengar membuat Dimas kembali melemparkan senyumnya. "Selamat datang di cafe Sky, ada yang i—" ucapannya terhenti saat mengetahui siapa yang baru saja memasuki cafe.

"Lo kerja disini?" tanya orang itu.

Dimas mengalihkan pandangan. "Ada yang ingin dipesan?" tanyanya sebagai bentuk profesional. Ia tak mempedulikan pemuda di hadapan dirinya. Terutama debaran hatinya.

Garen tersenyum tipis. "Cappucino sama latte satu," pesan dirinya.

"Totalnya 14 ribu," ucap Dimas setelah menjumlahkan pesanan Garen. "Ada yang ingin dipesan lagi? Kita memiliki promo dihari sabtu ini, silahkan dipilih."

Garen melihat layar yang berada dihadapan dirinya. Terlihat minuman serta makanan yang sedang mengadakan promo dengan harga termurah spesial hari ini. Garen menunjuk gambar milkshake strawberry. "Yang ini," ucapnya.

"Baik, ditunggu sebentarnya." Dimas mengetik sesuatu dari komputer sesuai pesanan pemuda itu. Sementara Garen menatap lekat pemuda mungil itu.

Setelah menunggu pesanan selama beberapa menit, akhirnya telah selesai. Dimas menyerahkan pesanan Garen dengan senyum yang tak pernah luntur, padahal dirinya hanya terpaksa sebagai bentuk kerjanya. Tapi senyuman Dimas terlihat indah untuk Garen, entahlah.

"Terimakasih dan selamat datang kembali," ucap Dimas sambil menunduk hormat.

Suara memekik yang memanggil Dimas membuat pemuda itu menoleh kebelakang. Dirinya di suruh untuk menghantar sebentar pesanan ke meja pelanggan lain karena rekan kerjanya harus izin ke toilet.

Garen melihat kepergian Dimas yang terlihat sibuk, matanya menangkap sebuah note kecil dan pulpen. Dimas yang telah selesai menghantar pesanan kembali lagi ke meja kasir, tapi matanya tak sengaja melihat satu milkshake strawberry serta note kecil yang menempel di gelas milkshake itu.

'Buat lo'.

Wajah Dimas merona merah malu, ia melihat sekeliling untuk menangkap sosok pemuda itu. Tapi sosok Garen telah hilang begitu cepat dan hanya meninggalkan keheningan.

Dimas tersenyum tipis, ia mengambil milkshake itu dan menatapnya. "Bahkan lo tau kesukaan gue."

-RAVANGGA-

"Rava, anter Bunda yuk." Neolia sudah begitu rapih dengan penampilan sederhana. Ia akan berkunjung ke toko butik miliknya. Salah satu karyawan kepercayaan dirinya baru saja memberitahu ada client yang ingin menjumpai dirinya.

"Yaaah~ Rava mau ketemu teman Bund." Rava niatnya ingin ke markas perihal rencana dirinya. Tapi sang Bunda tercinta sudah memaksa dirinya untuk ikut.

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang