Brukk!!
"Hiks, sakit. Salah aku apa kak Sandra?"
Semua tatapan murid yang berada di koridor mulai teralihkan saat mendengar suara itu. Sandra memutar bola matanya malas, dia baru saja datang dan mendapatkan hal ini. Padahal jalan masih lega, sedangkan dirinya mengambil jalan paling sisi. Tapi entah drama apa lagi yang dibuat anak pungut itu hingga seolah-olah jika dirinya disakiti olehnya. Playing victim.
Sandra mendengus geli. "Udah deh, jangan buat drama murahan. Jalanan masih lega, dan lagi. Dia gak nabrak terlalu keras." Itu bukan suara Sandra, melainkan Rava yang datang bersama inti gang motornya.
Zalica yang duduk di lantai menjadi membeku. Dia kembali membuat drama agar mendapatkan perhatian dari pemuda itu. "Hiks, kak Sandra yang dorong aku. D-dia yang menghalangi jalanku."
Sandra melotot tak terima, dia melirik Rava yang hanya memasang wajah datar. "Heh, daritadi gue ngambil jalan sini. Lo ya aja yang sengaja nabrakin diri buat mendapatkan perhatian orang lain," bantah Sandra.
"Inilah kenapa gue malas berurusan dengan para wanita. Penuh drama dan topeng penipu. Lo kalo mau menjatuhkan harga diri seseorang harus elegan. Bukan murahan kayak gini," cerca Rava. Pemuda titan itu segera menarik pinggang ramping kekasihnya.
"Lo gak papa kan? Gak ada yang terluka?" tanya Rava begitu lembut pada Sandra. Sementara Sandra mengerjap matanya dengan lucu, membuat Rava mencium pipi gembul pemuda manis itu dengan gemas.
Seluruh para murid yang menyaksikan itu mulai berbisik, ada yang membetulkan perkataan Sandra dan Rava. Jalan masih lega, lagian sedaritadi Sandra sudah berjalan begitu sisi. Sedangkan Zalica yang awalnya berjalan paling tengah tiba-tiba berbelok ke sisi, tepat dimana Sandra melangkah.
Dan lagi, tabrakan yang dibuat gadis itu tak terlalu keras. Tak sampai membuatnya tersungkur ke lantai. Tapi dengan jurusan drama murahan gadis itu, dia memasang wajah sesedih mungkin, menyalahkan pemuda manis itu karena mendorong tubuhnya begitu keras. Pick me girls.
"Cih, bilang aja caper sama Rava. Dasar medusa." Itulah bisikan para murid dengan tatapan penuh rendah pada Zalica.
Sandra membuang nafas dengan pelan. "Gue mau ke kelas, males ladenin dia," ucapnya.
Rava kembali mencium Sandra tepat di kening pemuda manis itu. Hal itu membuat ubun Zalica terbakar cemburu. "Yaudah, kita ke kelas ya sayang. Jangan urusin ular berbisa." Rava segera menuntut kekasihnya pergi dari sana, meninggal Zalica yang masih terduduk di lantai.
Nicholas dan Jefrian mendekat. "Duh, miris banget ya? Menjatuhkan harga diri demi mendapatkan sesuatu yang mustahil? Cih, your bitches," cibir Nicholas.
"Cih, menyedihkan." Jefrian yang dikenal tenang saja sampai memandang penuh benci pada gadis itu.
Malvin mendekati kedua temannya. "Eh eh, dah cuk. Kita kelas aja." Malvin segera membawa kedua temannya pergi dari sana. Daripada ada percekcokan kembali yang kapan berakhirnya.
Zalica dengan kesal memukul udara, dia mengepalkan kedua tangannya di atas paha yang sedikit terekspos. "Sialan! Sulit banget sih dapetin kak Rava. Ini semua gara-gara si homo sialan itu!" gumam Zalica.
-RAVANGGA-
Sandra masuk kedalam salah satu bilik toilet, dia ingin membuang air kecil yang sedaritadi ditahan terus. Tanpa mengunci bilik toilet, Sandra segera melepaskan celananya dan mendesah lega saat yang ia tahan telah keluar.
Kembali memakai celana, Sandra berniat ingin keluar. Tapi tangan besar seseorang segera mendekam mulutnya dan memaksa kembali masuk ke bilik toilet. Sandra melotot saat tau siapa pelakunya, dan lagi. Sekarang ini bilik toiletnya terkunci rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆
Ficțiune adolescenți(18+) story notes 2🔞 Transmigrasi | M-preg | Adults teen | BXB Kehidupan itu penuh kejutan, entah apa kejutan yang sang Pencipta berikan. Mau itu cobaan, takdir, nasib atau lainnya yang katanya seperti roda berputar. Kisah sederhana yang mencari ke...