7. Bakso

2.7K 164 1
                                    

Backsound (Attention song of Charlie Puth).

Sandra menatap Rava disamping bangkunya yang terhalang dua bangku lagi. Posisi bangku Sandra itu pojok kanan deket jendela koridor, dan ia duduk bersama Kendra. Sandra menopang dagu dengan salah satu tangan dirinya. Kejadian dikamar mandi membuatnya berpikir kemana-mana.

Rava yang emang sangat malas memahami atau mendengar baik penjelasan guru, ia meregangkan otot lengannya karena lelah duduk berjam-jam. Ia memutar kanan kiri tubuhnya untuk merilekskan tulang punggungnya, tapi saat memandang ke kanan, mata dirinya bertemu dengan mata bulat berbinar indah.

Sandra melotot terkejut, ia memalingkan tatapan karena ketahuan memandang penuh dalam sosok pemuda bernama Ravangga itu. Kendra yang asik memainkan ponselnya dengan terhalang buku agar tidak ketahuan guru, terkejut.

"Napa lo?" tanya Kendra saat melihat Sandra yang tiba-tiba menulis, entah tulisan apa.

Wajah Sandra memerah, ia sangat malu. Mata bulatnya sempat melirik sekejap untuk melihat apakah Rava masih menatap dirinya. Dan benar saja, Rava masih memandang dirinya dengan senyuman lebar. Bukan senyuman menawan, tapi senyuman penuh kecurigaan.

Rava ber-smirk, ia terus menatap si manis yang sepertinya sedang salah tingkah. Guru yang sedang menjelaskan didepan ia abaikan, sekarang ada pandangan yang lebih indah daripada papan tulis dengan coretan entah apa. Lihatlah wajah putih salju itu yang seketika menjadi merah merona, sangat menggemaskan.

Dimas menguap, ia tertidur saat guru masuk dan menerangkan pelajaran. Pemuda dengan rambut yang sedikit panjang itu meregangkan otot tangannya keatas. Saat ingin melihat kekiri, ia terkejut oleh tatapan Rava.

"Liat apa sih lo?" tanya Dimas yang malah dibalas oleh senyuman Rava semakin lebar. Dimas mengikuti arah pandangan Rava, seketika dirinya sangat-sangat paham dan mengerti.

"Cantiknya temboknya," sindir Dimas sambil melirik Rava. Melihat apa reaksinya.

"Iya, Sandra cantik."

"Cih! Asu tai embe!"

-RAVANGGA-

Bel pulang berbunyi keras, para murid berteriak heboh membuat para guru penuh sabar. Setelah guru pergi, para murid berbondong-bondong keluar dengan wajah cerah. Tak sabar ingin pulang dan mengistirahatkan tubuh setelah melakukan aktivitas selama setengah hari.

"Lo balik sama siapa San?" tanya Kendra.

"Biasa, supir," jawab Sandra sambil mengirim pesan kepada supir pribadinya. Mengatakan jika dia sudah pulang.

"Gak mau kita antar?" tawar Garen sambil menaiki motornya begitu juga dengan Kendra.

Sandra menggeleng. "Gak ah, gue kapok naik motor sama lu berdua. Bukannya balik rumah malah balik ke sang Pencipta."

Kendra terkekeh, ia mengacak gemas rambut Sandra. "Kita tuh gak nyaman kalo bawa motor dengan kecepatan rendah. Bawannya pingin cepat mulu biar sampai."

"Alah.. Alasan lu!" Sandra menyingkirkan tangan Kendra dari atas kepalanya.

"Ya udah, kalau gitu gue balik duluan." Garen sudah bersiap pulang. Tinggal memajukan motornya untuk pergi dari pekarangan sekolah.

"Hati-hati lo, sekarang musim culik," kata Kendra berniat menakut-nakuti si manis.

"Ngapain nyulik gue? Gak ada gunanya," sinis Sandra. Ia tak mungkin bodoh dengan cara diiming-imingi oleh permen atau makan manisnya. Dia bisa bela diri, walau tak begitu mahir.

𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang