"Sadar masih memiliki rumah? Selama tiga bulan kemana saja? Membiarkan suami dan anak kelaparan tidak ada yang mengurus. Ini yang dinamakan istri dan ibu?" Seorang pria langsung bertanya dengan nada tegas melihat Neolia yang baru saja masuk ke dalam rumah besar mereka.
Neolia berdiri mematung, ia menunduk dengan tangan yang meremat jari-jarinya. Sosok suami yang menatap dirinya penuh intimidasi di tengah sofa single. Pakaian kantor yang masih lengkap, dan membiarkan tas kantor pria itu tersimpan di atas meja kaca itu.
"Mas.. A-aku.. Aku selama ini mengurus—"
"Mengurus apa? Mengurus anak tak tau diri itu? Anak yang membuat malu nama keluarga ini. Lia, sudah berapa kali aku ucapkan. Biarkan saja dia, buat apa mengurus anak yang buat masalah terus!" tegasnya.
Neolia memberanikan diri menatap suaminya. "Mas, dia koma selama tiga bulan. Aku sebagai ibu yang melahirkan dia tak tega seperti itu dengan membiarkan dia disana, dia masih anak aku. Anak bungsu kita."
Pria itu berdecih sinis. Ia bangkit dari duduknya. "Putraku hanya Garendra Alvandi Svanz, dia pintar dibandingkan anak itu. Dia sangat berguna untuk meneruskan posisiku nanti. Sedangkan anak itu? Bisanya bikin malu, menyusahkan, beban. Buat apa mengurusnya lagi, bikin capek saja."
"MAS ZACKY!" Neolia membentak suaminya dengan keras. Ia tak sanggup jika anak bungsunya terus mendapatkan hinaan dari suaminya yang merupakan ayah kandung anak itu. Selama ini Ravangga tak pernah merasakan kasih sayang dari suaminya, dia selalu di benci semenjak usianya masih belita.
Suasana ruang tengah saat ini dalam keadaan penuh tegang. Para pembantu serta penjaga yang ingin melewati ruangan itu mengurungkan niat mereka. Daripada kena imbasnya, mereka lebih baik menghindar dari pertengkaran suami-istri yang tak pernah selesai.
"Bunda, dimana letak kamar Rava? Rava udah ngantuk." Perkataan Rava membuat hati panas Neolia melemah, wanita itu berbalik menatap sang anak yang berjalan mendekati dirinya sambil mengucek mata kanannya.
Kedatangan Rava membuat tanda tanya untuk para penghuni rumah besar itu, terutama Zacky yang menatap penuh penasaran. Apa benar dia Rava? Ravangga anak yang penampilan culun dan norak itu.
Neolia tersenyum lembut, ia menurunkan tangan kanan anaknya yang terus mengucek matanya. "Jangan di gosok, itu tak baik."
Rava cemberut. "Rava ngantuk Bund.. Mau tidur.." rengeknya.
Neolia terkekeh, ia mengangguk paham. "Yuk, biar Bunda antar ke kamar baru kamu." Neolia mulai menuntut anaknya, sampai melewati keberadaan suaminya yang masih berdiri penasaran.
Rava sempat melirik sekilas pria itu dengan ekspresi dingin. Sorot mata Rava begitu tajam sampai Zacky tersentak. Pertama kali, ia melihat tatapan lain dari anak itu, biasanya Rava memasang ekspresi memelas serta memuakkan baginya.
Rava lebih baik mengabaikan pria itu yang merupakan sosok ayah baginya. Jadi benar, permasalahan tubuh ini karena hubungan antara keluarga. Karena penampilan noraknya ia tak disukai bahkan dibenci oleh mereka. Apakah salah dalam pakaian Ravangga? Terserah bagaimana style mereka cara berpakaian, itu selera mereka.
Rava dan Neolia sudah sampai disusul oleh dua pria yang membawa dua koper serta satu tas kecil. Rava menatap lekat pintu putih jati itu yang awalnya pintu biasa. Di tengah pintu itu juga terdapat nama dirinya sebagai pemilik kamar.
Pintu kamar itu terbuka oleh Neolia, menampilkan bagaimana isinya yang terlihat sederhana. Rava tersenyum lebar, ia bisa kembali menikmati kamar sempit nan nyamannya. Tidak luas ataupun kecil, ruangan kamarnya sangat pas untuk di tempati.
"Bagaimana? Kamu suka?" tanya Neolia sambil melihat anaknya yang terbengong kagum oleh dekorasi isi kamarnya.
Semua peralatan kamarnya sangat lengkap, saat masuk disisi kiri ada kasur lantai sederhana, karper putih bergaris abu-abu. Sisi kanan ada televisi tancap besar, meja segi panjang yang di atasnya ada PlayStore, iPad, rak buku, serta penyimpanan lain. Diujung sisi kanan ada lemari yang pas untuk letak pakaian dirinya, dari sepatu, tas, serta baju. Bergeser ke kiri, disana ada meja belajar kecil berhadapan dengan kaca yang memperlihatkan indahnya taman dihalaman belakang, di meja belajar juga menyediakan komputer. Terus di dinding sisi kasur ada poster mario, bahkan di samping lemari ada gitar eletronik. Lengkap bukan. Oh jangan lupa, sisi kanan pintu masuk ada kamar mandi kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐀𝐕𝐀𝐍𝐆𝐆𝐀 - 𝑩𝒐𝒚'𝒔 𝑳𝒐𝒗𝒆
Teen Fiction(18+) story notes 2🔞 Transmigrasi | M-preg | Adults teen | BXB Kehidupan itu penuh kejutan, entah apa kejutan yang sang Pencipta berikan. Mau itu cobaan, takdir, nasib atau lainnya yang katanya seperti roda berputar. Kisah sederhana yang mencari ke...