[ABH] BAB. 06

270 34 39
                                    

BAB 06
SAKA DAN KEKUATANNYA.


Belum sempat menyelam lebih jauh, kedua insan yang baru sempat saling memeluk di atas ranjang queen size itu dibuat terdiam kala ringtone dari ponsel Arifin terdengar begitu memekakkan telinga.

Rania menahan tangan Arifin yang berniat menjawab panggilan, dengan keras kepala kembali melingkarkan tangannya di leher sang kekasih. "Ga boleh. Kita jarang dapat waktu berdua, lho," protesnya mendayu. "Ini juga sudah jam dua subuh, sebentar lagi kamu harus pulang, 'kan?"

Arifin mengelus surai hitam Rania yang tersebar di atas bantal. "Lima detik?"

"Bahkan sedetik pun aku ga mau, Sayang. Please, ga usah diangkat dulu. Waktu kita semakin habis sia-sia, lho, kalau kamu bicara dulu sama orang di sana."

Luluh, pada akhirnya pun Arifin masih terkalahkan. Tangannya meraih ponsel, tanpa melihat siapa gerangan langsung dirinya mematikan daya. Dan tentu, setelahnya kembali fokus pada Rania, wanita itu terkekeh gemas melihat Arifin.

Entah karena sayang, atau malah merasa lucu.

Yang jelas, tindakan keduanya dengan sadar membuat sosok tak terduga di ujung lain penelepon kini mengernyit kencang, ekspresinya begitu gelap, terpadu dengan rasa khawatir.

**

"Gimana, Bun?"

Nina menggeleng lemah, panggilan pertama tak diangkat, panggilan kedua malah tiba-tiba tak bisa dihubungi. Jelas, insan di sisi lain sengaja mematikan daya ponselnya. Atau, paling tidak, sengaja menghidupkan mode pesawat agar tak bisa tersambung panggilan.

Saka cemberut, remaja SMP itu mendengkus keras. "Bang Arif kenapa bisa belum pulang ke rumah padahal udah jam segini coba?"

Otaknya tak bisa berpikir positif, jika tak ada kecelakaan, maka alasan lainnya pastilah hal negatif. Mana mungkin Abang iparnya itu lembur 24 jam penuh. Ya, 'kan?

Nina ikut mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjang rumah sakit. Aroma obat dan infus jadi tercium kian pekat kala dirinya menyempatkan diri tuk mengecup pipi Fia singkat.

Padahal baru beberapa hari yang lalu mereka bertemu dalam keadaan sama-sama sehat, tetapi kini tiba-tiba dirinya mendapat kabar dari sahabat anaknya bahwa Fia pingsan. Tubuh Fia memiliki suhu yang begitu tak teratur.

Awal ditemukan, dingin. Lalu perlahan memanas. Melebihi batas wajar.

Dina - sahabat Fia - tampak tertidur di sofa ruang VIP itu. Pakaian tidurnya menandakan dirinya bertemu Fia dalam keadaan tidak sempat bersiap-siap.

"Kamu pulang, gih," perintah Nina yang tentunya segera dijawab gelengan oleh Saka. Nina menghela napas dalam-dalam. "Besok, kan, sekolah."

"Tapi aku mau temenin Kakak, Bun," pintanya memohon.

Nina melirik sejenak, lalu dengan tegas menggeleng. "Besok pulang sekolah ke sini lagi. Kakak kamu ini cuman demam, infus habis dia pasti bisa pulang."

Dengan terpaksa, akhirnya Saka memutuskan untuk kembali ke rumah. Lagipula, tugas sekolahnya untuk besok juga masih banyak yang belum dikerjakan. Dia baru ingat.

ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang