BAB 15
TEKAD ARIFINDi tempat lain. Tergesa-gesa Arifin membopong tubuh Rania. Matanya terus menelisik ekspresi menahan sakit di wajah cantik itu. Arifin langsung saja membawa kekasihnya ke dokter langganan mereka.
Darah di wajah dan di sebalik pakaian Rania yang barusan dirinya temui membuat wajah Arifin kian gelap. Dia panik, bagian tubuh mana lagi yang terluka begitu berat hingga membuat Rania sampai berdarah sebanyak ini?
"Jer, tolong obati dan cek apa dia baik-baik saja," pintanya terselip perintah mutlak. Setelah itu, dibaringkannya tubuh Rania ke atas ranjang pasien. Tatapan Arifin dibuat mengeras kala mendapati darah segar di hidung Rania yang tak berhenti mengalir. "Cepat!" perintahnya tanoa melirik Jeremi.
Jeremi, dokter umum yang tiba-tiba kedatangan pasien tak terduga. Dia berdiri dari duduknya, membawa serta beberapa alat pemeriksaan mendekat ke dua pasang insan berbeda jenis itu.
"Dia kenapa?" tanyanya sembari memeriksa bekas luka di kepala dan hidung. Manik di balik kacamata persegi itu sibuk meneliti, di sebelah mana saja luka itu berada. "Terjatuh?"
"... Ya."
Mengingat bagaimana kejadiannya membuat Arifin lagi-lagi naik pitam. Alifia memang sejahat itu? Tujuan Rania berada di rumah mereka juga tak ada untuk mengganggu wanita itu, 'kan.
Arifin mengepalkan tangannya hingga tampaklah urat biru di sana. Keningnya turut tampak kusut. "Saya titip dia dulu. Hanya sebentar," ungkapnya sebelum berlalu pergi.
Arifin melirik jam, sudah setengah sembilan lebih. Dirinya memperlebar langkah, mengejar waktu yang tersisa. Mari selesaikan semua ini dengan baik-baik.
**
"Ceroboh," rutuk Jeremi sembari membersihkan darah di area kepala Rania. Tanpa menahan diri, ditekannya sedikit kuat di luka baru itu. Sontak saja Rania meringis ngeri."Sakit!"
Rania betulan bergetar menahan sakit, tangannya meremat bagian perut yang entah mengapa begitu menyakitkan. Peluh mulai muncul di wajah cantiknya.
Jeremi acuh, tak tahu maka dia tak perduli. "Apa saja yang terasa, Nona Pasien—"
Jeremi terdiam sedetik kala melihat ekspresi Rania, lalu setelahnya segera dia dengan cekatan menyingkap celana Rania di bagian paha. Di detik itu, rahangnya mengetat. Jemari Jeremi turun, memastikan apa yang barusan dirinya temukan.
Darah.
"Brengsek. Kenapa bisa berdarah di sini? Kamu keguguran?!"
**
"Alifia Khinandita," panggil Arifin menekankan nada. Wajahnya begitu datar, dengan netra terisi penuh akan amarah. "Kamu ingin menjelaskan? Atau... Langsung saja kita ke intinya?"
Alifia yang barusan duduk kaku di sofa ruang tamu, kini perlahan menegakkan bahunya. Diliriknya Arifin yang berdiri tegak di pintu rumah. Alifia mencebik pelan. "Ayo kiya bicarakan semuanya."
Tanpa membantah, Arifin turut berdiri di belakang sofa yang berhadapan langsung dengan Fia. Wajah lelaki itu bahkan memerah, Fia duga, pasti karena amarah. "Saya ga akan bertanya banyak. Yang jelas, kenapa kamu berani melukai kekasih saya?" geramnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]
Romance❝Kamu layaknya fatamorgana. Semakin dekat aku mencari, semakin semu pula yang aku dapatkan.❞ - 𝕬𝖗𝖎𝖋𝖎𝖓 : 𝕭𝖆𝖉 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉. Bagaimana jadinya, jika perjuanganmu untuk menempuh pendidikan terhalang akibat perjodohan yang begitu tiba-tiba? Al...