[ABH] BAB. 07

273 27 20
                                    

BAB 07
Keturunan Seorang Pembunuh.

Flashback on.

Tepat sesaat setelah panggilan telepon Nina tak diangkat Arifin. Jam 2 malam.

Setelah mendengar banyaknya alasan Nina dalam mencoba memberikan pembelaan untuk Arifin. Saka jadi dibuat penasaran sekaligus kesal.

Meski emosi hampir kuasai pikiran, anak tampan itu mencoba berbicara dengan lemah lembut agar sang Ibu mengerti.

"Bunda kenapa, sih, mihaknya terus aja sama Bang Arif?" celetuk Saka. Sedikit menyindir. "Apa-apa belain dia. Kita, kan, ga ada yang tahu dia gimana di rumah tangga Kakak. Ngeliat gimana dia setiap kali Kakak sakit aja harusnya kita paham dia ga sesayang itu sama Kakak."

Nina tampak melamun sejenak, lalu netra di sebalik kacamatanya melirik Saka penuh arti. Perlahan, bibirnya terbuka. "Kalau Bunda belain Kakak, siapa lagi yang akan jaga nama baik Abang ipar kamu? Dia sendiri, cuman punya Nenek Mirna sebagai satu-satunya keluarga di dunia."

"... Tapi, kan, itu bukan tugas Bunda," balas Saka sembari menunduk. "Kalau Kak Fia bangun, dan dia denger Bunda lebih belain Bang Arif ketimbang dia. Pasti Kakak bakal kecewa," bisiknya bergumam.

"Sak. Bunda punya alasan. Dan kamu ga akan mengerti jika Bunda jelaskan sekali pun."

Pada kenyataannya. Apa yang Nina katakan adalah benar. Saka tak akan mengerti, sekalipun Nina mencoba jelaskan berkali-kali. Setidaknya, itulah yang Nina yakini.

Flashback off.

**
Di pagi hari sebelum kedatangan Jeremi ke toko bunga Alifia. Arifin dengan segala tindakan tak becusnya itu tampak memperlihatkan hidungnya yang mancung di depan gerbang rumah sakit.

Pagi sekali, Arifin sedikit bergegas berjalan di lorong rumah sakit yang mulai ramai. Aroma obat-obatan mengusik indra penciumannya, membuat lelaki itu sedikit banyak merasakan ketidaknyamanan.

Tubuh yang berbalut jas formal itu dengan mudahnya menarik perhatian pasien lain. Tak sesuai tempat. Ke rumah sakit, malah menggunakan jas. Begitulah kira-kira yang orang lain pikirkan.

Setelah membaca pesan melalui sebuah aplikasi chatting, dirinya segera melangkah mencari lokasi kamar Alifia tanpa bertanya lagi.

"Kenapa baru dateng?"

Arifin sontak terhenti, dia menekan bibirnya menahan keterkejutan.

Pertanyaan itu terdengar santai, tetapi jelas sekali penuh dengan banyak kesarkasan.

Arifin berbalik, tentu saja karena suara yang familiar itu menyapa gendang telinganya.

Tak bersuara, netra gelapnya melirik sekitar. Pada Saka, dan seorang anak perempuan kecil menggemaskan yang juga tengah menatapnya berbeda makna. Anak kecil yang tak begitu Arifin kenal.

Saka mencibir ringan. "Semalam kemana, Bang?" tanyanya menguji.

"... Saya bekerja."

"Oh ya?" Saka menggandeng tangan Aura, tak melepas sama sekali. Matanya menatap bolak-balik Arifin yang begitu formal dan bersih, bahkan aroma parfume juga dapat tercium tanpa mendekat. "Pekerjaan apa, yang mengharuskan seorang CEO turun tangan langsung seharian penuh? Di tengah malam? Juga... Lokasinya, kenapa terletak di gedung apartemen terkenal daerah pertengahan kota?"

ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang