[ABH] BAB. 14

199 16 6
                                    

BAB 14
TITIK BALIK.


Pertemuan Fia dengan Jo, merupakan satu titik balik yang akan membentuk sebuah penyesalan baru di dalam diri Arifin kelak.

Tanpa berniat membocorkan rencananya kepada siapapun, dua insan itu saling menutup rapat mulut mereka. Berjaga-jaga, jangan sampai ada yang tahu.

Mereka juga tak tahu apakah rencana ini akan berjalan dengan baik, atau malah tak jadi dilaksanakan sama sekali. Sebah, kedua insan itu belum sampai membahas hingga tuntas. Rencana ini masih bagai terombang-ambing di udara. Tak ada kepastian.

Mereka berpisah setelah percakapan yang cukup panjang. Alifia puas, bercerita dengan Jo memang merupakan pilihan terbaik. Di dunia ini, selain keluarganya, Jovandra adalah rekan paling berarti di hidup Fia.

Karena, hanya lelaki itu yang mengerti dirinya. Fia merasa jauh lebuh terbuka saat bersama Jovandra, dibanding saat bersama Arifin. Jelas saja.

Membuyarkan lamunan, Fia melipat bibirnya sejenak untuk mengembalikan fokus. "Beli apa, ya?" gumamnya sendiri.

Alifia kali ini nampak berkeliling di minimarket yang cukup dekat dari rumah Arifin dan dirinya. Bukan karena ada keperluan penting, melainkan Fia ingin mengulur-ulur waktu. Setidaknya, beberapa menit.

Hatinya perlu persiapan. Setidaknya untuk mendengar ucapan sarkas Arifin beberapa menit lagi. "Semoga dia terlambat pulang," harap-harap cemas Alifia melirih.

Ah, tetapi lagi-lagi pikirannya enyah kala tersadar sosok seperti apa yang akan dirinya hadapi. "Arifin telat? Paling dia udah di rumah sambil nahan ngamuk karena gue telat, 'kan?"

Fia teringat lagi. Membicarakan tentang kita, ayo selesaikan semuanya. Ayo selesaikan semuanya?

"Jangan bilang dia mau ngajak gue cerai?" gerutu Fia sembari menggigit bibirnya dengan ringan.

Ada rasa tak terima dalam diri Fia, mungkin karena ia tak ingin berada di posisi orang yang ditinggalkan. "Apa perjuangan gue selama hari-hari terakhir ini ga terlihat, ya, di matanya?"

Fia menggeleng kuat, menolak perasaan menguasai pemikirannya. Dia meremat jemari, menguatkan hati. "Memang bukan jodohnya kali, Fi. Santai, resiko paling besar, ya, paling ke perceraian," ragu Fia mengakhiri.

Setelah membayar belanjaannya yang hanya sekedar eskrim serta beberapa makanan ringan, Fia akhirnya mulai melangkah pelan menyusuri jalanan sebelum beberapa menit kemudian bertemu dengan gerbang rumah minimalis bercat abu.

Tepat sebelum melangkah masuk, seutas pesan singkat memasuki ponselnya yang langsung Fia lirik.

Jo:
| Jangan lupa malam besok, Kerdilku Sayang.

Sudut bibir Fia tertarik tipis, detak jantungnya begitu cepat. Menandakan ketidaksabaran dalam menanti datangnya hari esok.

"Ayo beli baju baru sebelum menuju ke pesta pernikahan Leon."

Leon, mantan kekasih Alifia. Dia juga diselingkuhi oleh lelaki satu itu. Memang takdir Fia di bidang percintaan sangat buruk mungkin. Menyedihkan.

Baju baru... Benar saja, dirinya memang tengah membutuhkan benda itu.

Selain karena bajunya yang lain sudah pernah dipakai, alasan kedua karena Fia ingin tampil sempurna di pernikahan mantan kekasihnya itu.

You:
| Ya, ayo kita balaskan satu-satu.

Seperti yang pernah Fia katakan. Dia jujur saja benci ketika bibit dendam mulai menguasai relung hatinya.

Tetapi, sakit di balaskan dengan maaf itu tidak adil.

ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang