EPILOG
Sesuai janji yang telah Nina ucapkan, hari ini tepat sehari sebelum keberangkatan Alifia menuju London, negara impiannya.
Dan hari ini pula, hari yang dinanti-nanti oleh kedua manusia berbeda jenis itu. Menahan rindu sekian lama, akhirnya Arifin mendapatkan izin untuk bertemu belahan jiwanya.
Lelaki itu sangat bersemangat. Bahkan, dia sengaja berangkat sangat pagi sekali hanya untuk menunggu sekian jam di kursi cafe dekat rumah Nina.
Wajahnya yang sebelumnya begitu kuyu kini tampak kembali tampan, bahkan meski kulit di sebelah matanya terlihat menghitam dan bengkak. Tanda kurangnya istirahat.
You:
| Aku sudah sampai, Sayang.
| Di kursi pojok dekat jendela kaca, ya.Tak ada jawaban, Alifia hanya sebatas baca. Tanpa menaruh terlalu banyak pikiran, Arifin asik duduk termenung di sana. Pikirnya, mungkin Alifia ada urusan lain hingga wanitanya itu tak sempat menjawab pesan darinya.
Sekitar dua puluh menit lagi menunggu, akhirnya tiba lah waktu dimana sebuah mobil mewah terhenti tepat di depan cafe itu. Menarik perhatian, bahkan Arifin turut menatap lama pada mobil itu. Bukan karena berpikir 'wah keren' 'wah, mobil mahal' dan segala macam.
Firasat Arifin berkata. Istrinya sudah dekat.
Dan, ternyata benar.
Senyum Arifin yang melebar menjadi kaku sesaat. Dia mengernyitkan alis dengan kuat.
Gemerincing pintu cafe terdengar kala terbuka, Alifia dengan gaun lebarnya yang super cantik datang dan masuk perlahan. Wajahnya kian berseri, tetapi bukan itu yang membuat hati Arifin resah.
Melainkan. Perut Alifia.
Wanita itu terlihat berisi. Bahkan gaun sederhana yang dirinya kenakkan seakan sengaja menunjukkan bagian perutnya yang menonjol.
Wanita itu, terlihat hamil. Cukup besar. Menandakan kemungkinan sudah berusia empat atau bahkan enam bulan.
Dan tentu saja hal itu membuat harapan di hati Arifin pupus. Apa Alifia menikah sekali lagi dengan lelaki lain? Lalu hamil secepat ini?
"S-selamat atas pernikahannya," tutur Arifin kala Alifia sudah berdiri tepat di depan tubuhnya.
"Hah? Apa?" Alifia mengerutkan alisnya bingung. "Pernikahan apa maksud Mas?"
Arifin menunjuk kursi kosong di depak tubuhnya. "Duduk dulu, kamu pasti capek jalan dengan perut besar seperti ini." Meski panas dingin cemburu, Arifin masih mencoba menenangkan diri. "Jadi, apa kamu benar mau pergi ke London-"
"Bentar, deh, Mas!" Alifia yang dari awal kebingungan pun semakin bingung kala Arifin seakan tak perduli dengan perubahan pada tubuhnya saat ini. "Kamu tahu aku hamil?"
Arifin mengangguk. "Tau. Perutmu, kan, besar. Kamu menikah lagi, ya?"
Alifia terdiam. Sangat lama. Dia putuskan untuk membiarkan kesalahpahaman ini berlanjut. Alifia tersenyum asimetris, tanpa berniat menjelaskan dirinya memulai percakapan dengan Arifin.
"Aku mau cerita banyak hal, kayanya di sini bukan tempat yang tepat? Gimana kalau kita bicara di tempat lain? Taman, atau danau gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]
Romance❝Kamu layaknya fatamorgana. Semakin dekat aku mencari, semakin semu pula yang aku dapatkan.❞ - 𝕬𝖗𝖎𝖋𝖎𝖓 : 𝕭𝖆𝖉 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉. Bagaimana jadinya, jika perjuanganmu untuk menempuh pendidikan terhalang akibat perjodohan yang begitu tiba-tiba? Al...