Bab 25
KEHILANGAN.Di sisi lain, bangunan tua yang tampak sudah lama tak dihuni menjadi sasaran jalan yang Arifin tuju. Lelaki itu berlari ke lantai paling atas melewati tangga, rasa khawatir mengarungi relung hatinya. Tak bohong, dia takut Rania kenapa-kenapa.
Beberapa puluh menit yang lalu. Jam 03.40 AM.
Arifin menggeser anak rambut yang menutupi pipi Fia ke belakang telinga wanita itu. Kini menampakkan pipi berisi yang kemerah-merahan. Alifia dalam tidurnya tampak begitu jelita, dan Arifin tak tahu sejak kapan pastinya dia mulai berpikir begitu. "Istriku kenapa cantik sekali?" bisiknya tepat di depan wajah Fia. "Wanita tercantik di dunia," gombalnya diakhiri kekehan.
Padahal juga Alifia tidak bangun saka sekali, Arifin akhir-akhir ini memang sedang suka bangun sangat pagi hanya untuk memandang wajah istrinya. Sekalian memberi gombalan-gombalan romantis.
Tak ada alasan, Arifin hanya menginginkannya.
Asik mengecupi pipi gembul istrinya, lalu Arifin dibuat mendengkus rendah kala ponselnya yang di atas nakas sebelah Alifia berbunyi nyaring. "Berisik banget?" Lagipula, siapa juga yang iseng begini menelepon di waktu subuh?
Dan langsung terjawab. Si penelpon adalah teman Arifin, mereka sudah cukup lama tak saling berkomunikasi. Kebetulan, si penelepon juga merupakan temannya dan Rania dahulu kala.
Di ponsel, bertuliskan Bro, Arifin segera menggeser tanda hijau sembari untuk terakhir mengecup tepat di tengah alis Alifia.
"Iya, halo?" Arifin melenggang keluar kamar, karena cuaca masih begitu dingin akhirnya dia memilih untuk memakai salah satu kaos acak dari lemari. "Ada apa, Ger. Kenapa menelepon pagi banget?"
"Fin, sumpah, gue ga bermaksud apa-apa. Memang seharusnya gue bisa ngadu ke orang lain, tetapi gue ga tahu harus hubungin siapa lagi selain lo-"
Suara di ujung sana yang terdengar begitu panik dengan napas tersengal-sengal membuat Arifin mengernyitkan alisnya. Dia melirik ke kamar, lalu menutup pintu di sana sebelum meraih kunci mobil di saku dekat kulkas.
"Yang jelas ngomongnya. Gue gak ngerti," sergah Arifin cepat. Dia tak tahu ada kejadian apa, tetapi jelas sekali ada sesuatu yang salah. "Lo dimana?"
Sejenak hening, hanya suara langkah kaki yang cepat serta gema napas dari ujung lain. Arifin dengan sigap segera menaiki mobilnya kala selesai membuka pintu besar garasi dan menggeser gerbang. "Ger?" Berkali-kali Arifin memanggil, tetapi tak ada yang menjawab. "Share location lo ke gue, cepat, Ger-"
"Rania diculik, Fin. Dia VN ke gue teriak-teriak minta tolong, dan... Ada suara banyak cowok di sekitarnya," ungkap Gery dengan nada meninggi.
Lagi-lagi, Arifin dengan ceroboh langsung mengendarai mobilnya cepat. Satu nama itu berhasil membuat kepanikan melanda dirinya yang terbiasa tenang.
"Lo dimana, Gery?!"
Dan itu lah alasan mengapa Arifin bisa berada di bangunan tua ini sekarang. Arifin menarik napasnya mencoba stabilkan diri, dia bersandar di dinding tangga terakhir karena sudah begitu kelelahan berlari. Setelahnya, dengan terseok-seok Arifin memasuki rooftop bangunan itu.
Aroma jamur dan berbagai aroma tak mengenakkan lainnya segera tersapu ke indra penciuman Arifin. Membuat lelaki itu sedikit mengernyit tak suka. Netranya menelisik sekitar, mencoba memperhatikan dimana Rania berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]
Romance❝Kamu layaknya fatamorgana. Semakin dekat aku mencari, semakin semu pula yang aku dapatkan.❞ - 𝕬𝖗𝖎𝖋𝖎𝖓 : 𝕭𝖆𝖉 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉. Bagaimana jadinya, jika perjuanganmu untuk menempuh pendidikan terhalang akibat perjodohan yang begitu tiba-tiba? Al...