BAB 21
Kencan Pertama Kita ~"Maaf aku terlambat. s
Sekitar, hmm, empat menit," segan Alifia melirik jam dinding. Lalu dia menuruni tangga dengan cepat, merasa tak enak hati pada Arifin yang ternyata sudah menunggu di ruang tamu bersama Nina. "Ada barang yang ga ketemu," ucapnya ambigu.Atensi Arifin dan Nina tentu saja tertuju pada wajahnya, dan kala itu Alifia mengernyitkan alis karena mendapati wajah Arifin terlihat cukup pucat. "Lho, Mas? Kamu sakit?"
Arifin berniat mendengkus untuk menunjukkan rasa kesalnya, tetapi kala sadar Nina tengah mengamati akhirnya niat itu urung. Bagai menguap entah kemana. Diberinya senyum paksaan, lalu Arifin berdiri dan segera mengajak Alifia pergi. "Ma, aku izin bawa Fia pergi main sebentar, ya."
Tolong jangan lupa, Arifin masih kesal akibat foto yang tak lama ini dirinya terima.
Setelah berpamitan sedikit ogah-ogahan, keajaiban dunia pun terjadi. Arifin salim di tangan Nina. Waw.
Nina tersenyum lebar sembari mengangguk ringan. "Iya, hati-hati di jalan," suruhnya.
"Fi, aku tunggu di mobil," judes Arifin.
Eh? Alifia reflek mengangkat alisnya heran. Ada apa dengan Arifin pagi ini? Tanpa sadar, tatapan Fia bersitatap dengan Nina. Bagai saling mengirimkan kode lewat mata.
"Itu lho~" Mamanya itu memberi kode yang sama sekali tak Alifia mengerti.
Fia mengangkat alisnya tinggi. "Apa, Ma?"
Nina mencebik malas. "Ngambek dia, bujuk gih."
Meski bingung, Alifia masih mengangguk patuh. Dia mengecup singkat jemari Nina sebelum berlalu pamitan. "Ma, Fi pergi ya. Hati-hati di rumah, nanti kalau Saka pulang bilangin makan dulu sebelum istirahat. Jangan main game mulu."
Karena Nina hanya mengangguk sebagai jawaban, maka itu memperlancar jalan Fia menuju mobil Arifin. Lelaki itu sudah duduk di dalam, bahkan saat Fia ikut duduk di dekatnya Arifin hanya mengalihkan pandangan.
"Mas? Kenapa?" Raut wajah Fia tampak ragu-ragu.
Duh, Alifia jadi cemas jika begini. Jangan bilang kalau kemarin itu yang datang dan membujuk Fia hanyalah Arifin versi kesurupannya? Dan sekarang Arifin sudah kembali normal?
Tak bisa begitu, dong! Mana Alifia sudah kebawa baper. Melihat Arifin tak menjawab membuat Alifia jadi parno, memikirkan yang macam-macam.
"... Mas? Apa kita ga jadi aja perginya?" cicit Fia takut-takut. Tak bisa bohong, matanya berubah sendu. "Kamu pulang, istirahat. Semalem lembur lagi, 'kan?"
Sontak Arifin menoleh. Pupil matanya membesar, mencoba menjelaskan tapi gengsi. Akhirnya, tak terkendali, hanya wajah dingin yang ia tampakkan secara tidak sengaja.
"Semalem tidur jam berapa?" tanya Fia memecah sunyi. Sekitar mata Arifin tampak menggelap, bahkan dari kedipan mata lelaki itu Alifia bisa tahu. "Apa kita perginya besok-besok aja?"
Arifin ingin menjawab. Tetapi waktunya habis karena memikirkan apa yang harus terucap. Pada akhirnya, lidahnya pun ikut kelu 'tuk bicara.
Dan tentu saja keterdiamannya membuat Alifia kian ketar-ketir. Denyut jantungnya kian cepat, bahkan kini mulai terasa menyesakkan. "Ah, aku masuk lagi aja, deh—"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]
Romance❝Kamu layaknya fatamorgana. Semakin dekat aku mencari, semakin semu pula yang aku dapatkan.❞ - 𝕬𝖗𝖎𝖋𝖎𝖓 : 𝕭𝖆𝖉 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉. Bagaimana jadinya, jika perjuanganmu untuk menempuh pendidikan terhalang akibat perjodohan yang begitu tiba-tiba? Al...