[ABH] BAB. 02

278 12 2
                                    

BAB 02
HAMIL?


Berdehem, Arifin melangkah menuruni tangga di sisi meja makan. Netranya tampak melirik sekitar, lalu beberapa detik terhenti di tubuh Alifia.

Sejak kapan Alifia punya kepekaan yang tinggi begini?

Arifin memang tak ada berniat menguping, hanya ketidaksengajaan. Sungguh.

"Mas, masih lemas?" tanya Fia kembali. Tak kunjung mendapatkan jawaban, sontak saja Fia berbalik badan.

Namun, tak sengaja kini netranya malah bersitatap dengan manik kelam Arifin. Lagi-lagi Fia dibuat hening sebelum nyalinya membuat perempuan itu perlahan mendekat.


"Sini," Fia menarik tangan Arifin yang berniat menjauh, tangan Fia naik dan berhenti tepat di depan poni Arifin. Setelahnya, dia menghela napas dalam. "Syukurlah udah gak panas."

Berkat tindakan tiba-tibanya, Arifin dibuat mengernyit pelan. "Tangan kamu," selorohnya sembari menepis tangan Fia ringan.

Menunjukkan rasa tak suka karena jidatnya disentuh sembarangan. Tangan kekarnya naik, mengelus di tempat yang sama. "Jangan-"

"Jangan sentuh saya, saya ga suka," ledek Fia meniru. Wajah cantik itu tampak mendelik malas. "Apa banget, sih, begitu sama istri sendiri? Kek yang haram sentuhan aja."

"... Saya lapar." Tanpa menjawab godaan Alifia, lelaki itu berbicara pelan.

"Yaudah, makan," jawab Fia singkat. "Masak sendiri, ya," godanya lagi.


Alifia sontak menggigit pipi bagian dalam, menahan tawa kala melihat Arifin mengernyitkan alis. Fia menyeletuk santai, "Biasanya masakan aku ga ada yang habis sama kamu, deh, perasaan. Sekarang kenapa kesal kalau aku ga masak?"

Alis Arifin mengendur, di terdiam cukup lama. Dan Fia, di sisi lain, hanya menahan tawa. Cukup menanti-nanti reaksi Arifin setelah ini.

Namun sayang beribu sayang, Arifin hanya sedikit mendengkus. Tak lebih dari itu.

"Bercanda, Sayangku." Alifia mengerucutkan bibirnya. "Suka banget marah-marah."


Jujur saja. Terkena semprotan sinis, atau bahkan ungkapan sarkas dari Arifin. Itu semua lebih baik ketimbang ekspresi yang dingin dan tak tersentuh ini.


"Saya—"

"Maaf, ini terakhir. Janji, deh." Fia menaruh olahan bubur putih yang cukup hambar di depan tubuh Arifin.


Arifin melipat bibir, lagi-lagi menampakkan penolakan halus. Tetapi, belum sempat Fia kembali dengan cerewet menasehati. Lelaki itu dengan sadar diri mengambil sendok dan mulai meneguk tanpa mengunyah.

"Pelan-pelan." Alifia tersenyum tipis. "Masa kesedak karena bubur. 'Kan ga lucu."

Meski hanya beberapa saat, Arifin pasti bosan makan bubur di pagi, siang, sore, hingga malam. Semuanya sama terus. Tetapi kenapa? Toh, juga, itu semua dampak dari kelakuannya sendiri yang menyebabkan demam!

ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang