BAB. 09
SEPUPU JAUH?"C-cerai?" Terbata-bata Nina memastikan pendengarannya. Tangan wanita paruh baya itu turut naik, terhenti di lengan kurus Alifia. "... Sayang. Kata-kata itu— Tolong, jangan terlalu mudah mengucapkannya," tutur Nina lembut.
Netra penuh jejak nostalgia itu kini sedikit bergetar. "Mama tau, Arifin mungkin masih susah nerima kamu. Tapi... Pasti bisa. Arifin barusan mungkin hanya khilaf sesaat, emosi sendiri. Mama yakin."
"Tapi Fia yang ga yakin, Ma," jawab Alifia turut melirih. Wajahnya ia tundukkan, meski ada secuil keraguan, sisanya hanyalah perasaan benci dan penyesalan. "Mas Arifin itu terlalu jauh. Kaya Bulan, Fia ga boleh memeluk sesuatu yang seharusnya hanya boleh dipandang dari jauh."
Nina bingung. Wajahnya menunduk, ada banyak sekali percakapan dan adegan terputar secepat kilat dalam otaknya. Bagai film rusak, tak bisa berhenti.
Perceraian... Adalah hal paling paling paling terakhir yang ingin Nina dengar. Terlebih, dari mulut Fia yang baru menikah kurang dari tiga bulan.
"Umur pernikahan kamu masih sebesar biji jagung, Kak."
Alifia menggigit bibirnya ringan. Netranya mengamati ekspresi sang Mama. Perlahan, manik cokelat itu bergerak ke sembarang arah. Tak ingin terlalu memasukkan tatapan Nina ke dalam hati. Tekadnya cukup bulat. Jika rencana ini tak berjalan dengan baik, maka Fia akan melakukan rencana kedua miliknya.
Nina memang tak tahu-menahu mengenai Arifin yang hobi main dengan wanita lain. Tetapi, jelas sekali itu tak bisa dijadikan alasan baginya tuk meminta perceraian di hadapan sang Mama.
Sebab... Nina akan terlalu kaget. Rasa bersalah serta kebencian bisa saja meluap-luap. Bersalah, karena menjodohkan Fia dengan sosok seperti itu. Dan tentu saja, benci. Berujung pada dendam dan sakit hati. Fia tak ingin Nina memiliki perasaan kotor itu di hatinya.
Fia menarik napas dalam-dalam. Rasanya terlalu berat. Tetapi, untung otaknya masih sempat berpikir dengan baik.
Permasalahannya saat ini bagai pedang bermata dua. Benar kata Papa. Fia jadi bingung, apa langkah yang harus dirinya ambil?
Asik melamun, tiba-tiba sebuah ide terlintas dengan cepat dalam pikirannya. Fia melirik Nina, wanita itu juga tampaknya terbawa arus pikiran sendiri. Pertama-tama, Fia harus memberi sedikit clue agar Nina tak kaget saat masalah ini kian membesar kelak.
1) Perkenalan tokoh yang terlibat. Itu penting.
"Ma," panggil Fia hingga sang empunya nama menoleh dengan sedikit tak sadar, "Apa Mama kenal dengan Rania? Neneknya bernama Syahira. Benar-benar mirip dengan nama Mama."
"R-Rania?" Reaksi tubuh Nina langsung tampak berbeda. Wanita yang sebelumnya terlihat menyedihkan itu kini perlahan menegakkan tubuh. Alisnya sedikit mengernyit. "Apa maksud kamu... Rania Syahira?"
Nina juga tak mengerti alasan anaknya tiba-tiba membahas orang lain seperti ini. Tapi, pikirannya tuk bertanya kini hilang karena sibuk terpikirkan hal lain.
Alifia, di sisi lain. Sedikit tercengang, di situasi yang cukup salah.
Hah? Se-simple itu ternyata nama selingkuhan Arifin?
Rania, namanya. Dan Syahira, nama neneknya. Duh....
Dalam dokumen kedua, hanya ada nama Syahira selaku Nenek dari mantan kekasih Arifin. Tak ada yang menyangka, sosok bergaya elit itu akan memiliki nama yang sangat singkat padat dan jelas.
"Kenal."
Fia menoleh cepat. Akibat jeda yang terlalu lama, membuatnya berpikir jika Nina sedang tak mau bercerita. Tetapi ternyata, lagi-lagi dugaan impulsif-nya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARIFIN || BAD HUSBAND [Terbit]
Romance❝Kamu layaknya fatamorgana. Semakin dekat aku mencari, semakin semu pula yang aku dapatkan.❞ - 𝕬𝖗𝖎𝖋𝖎𝖓 : 𝕭𝖆𝖉 𝕳𝖚𝖘𝖇𝖆𝖓𝖉. Bagaimana jadinya, jika perjuanganmu untuk menempuh pendidikan terhalang akibat perjodohan yang begitu tiba-tiba? Al...