Part 44

1.1K 183 6
                                    

Luna sedang galau, Evans dari tadi hanya melihat ulah kakaknya yang galau sambil menyusun lego.

"Daripada kalian hanya duduk melihatku, mengapa tidak membantu berpikir?" Kata Luna sambil berkacak pinggang memandang Evans dan kedua piaraan mereka.

"Mereka tidak tahu apa yang sedang kamu pikirkan dan apa yang menyebabkan kamu berjalan mondar mandir dari tadi, bagaimana mau memberi pendapat. Selain itu dua dari mereka hanya bisa mengonggong, satu lagi hanya bisa menatap tanpa mau berkata-kata." Kata Maggie yang kebetulan lewat dan mendengar perkataan Luna.

"Benar juga. Bagaimana jika mommy yang membantuku?"

"Mommy terserah dirimu, mau ikut dan bolos sekolah atau tinggal dan tetap sekolah."

"Mommy mengapa tega sekali pergi di saat aku harus sekolah?"

"Tanyakan pada daddy, dia yang mengajak dan minta mommy bertanya padamu. Bukankah katamu kamu juga bosan sekolah hanya begitu-begitu saja?"

"Bosan ya tapi bukan artinya aku harus bolos sekolah." Entah darimana Luna paham arti tanggung jawab, walau dia bosan tetap saja dia berangkat ke sekolah dan mengikuti semua kegiatan dengan baik.

"Kalau begitu kamu tinggal di rumah saja." Jawab Maggie dengan santai, membuat Luna semakin galau dan kesal, ditambah lagi Evans juga tertawa seperti paham dengan pembicaraan mommy dan kakaknya.

Sebenarnya Maggie sudah memintakan ijin untuk Luna ke sekolah, Luna bisa tetap mengikut materi pembelajaran secara daring, hanya saja dia belum menjelaskan putrinya sudah galau lebih dulu. Maggie dan Tom harus ke Cleveland mengurus masalah tuntutan pada keluarga Pietro, sudah waktu Maggie muncul di hadapan mereka sebagai putri Stalin dan tentu saja sebagai istri Tom Vernon, musuh besar keluarga Pietro.

Luna kembali berjalan mondar mandir, sekarang Ily mengikutinya dan Evans mulai bosan berjalan menuju Maggie diikuti oleh Gail yang sekarang tidak selincah dulu lagi karena usia tentunya.

"Kamu bosan? Mommy juga." Kata Maggie sambil menggendong Evans naik ke pangkuannya. Evans mengangkat kepala melihat Maggie, memberi jawaban melalui tatapannya.

"Mengapa kamu masih tidak mau berbicara?" Tanya Maggie, Evans menolehkan kepalanya kembali ke arah Luna, seperti biasa pertanyaan tentang kemalasannya belajar bicara adalah hal yang tidak akan mendapat jawaban apapun. Maggie yakin Tom bukan tidak bisa bicara, putranya itu hanya malas, ditambah lagi sikapnya yang acuh jika dia diajarkan berkata-kata.

"Sebenarnya mommy sudah menguruskan sekolahmu, kamu tetap bisa mengikuti pembelajaran secara daring." Maggie lama kelamaan juga sama bosannya melihat tingkah Luna ditambah Ily.

Luna langsung menghampiri Maggie, "Mengapa baru sekarang mommy mengatakannya?"

"Senang melihat kamu galau."

Luna langsung memberengut kesal dan menghampiri untuk duduk di samping Maggie, "Mommy sama saja dengan daddy, senang mengerjaiku."

"Bukan senang mengerjaimu, tapi ingin kamu berlatih berpikir bagaimana caranya kamu bisa tetap mengikuti kegiatan sekolah bukan hanya berjalan mondar mandir."

"Aku tidak terpikir mommy. Tapi mommy yakin aku tetap bisa sekolah?"

"Yakin, hanya saja kamu harus ingat ada perbedaan waktu di sana dan di sini jadi sekarang mommy masih mengurusnya dengan pihak sekolah mengenai caranya."

"Terima kasih mom, mommy memang yang terhebat dan terbaik." Luna memeluk Maggie, Evans yang ada di pangkuan mommynya dengan santai menepuk lengan Luna. Luna gemas melihat adiknya, mencubit kedua pipi Evans yang ditanggapi dengan tawa terkekeh andalan bayi yang sebentar lagi akan berusia satu tahun.

Love is all around UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang