Flashback on
"Ibu, kenapa ibu ada di dalam cermin?" tanya Fallen, ia sudak tak mengeluarkan air mata. Ia lebih terkejut.
"Ah, kalau aku beritahu, kau jadi kesetanan nanti" ucap ibunya santai.
"Ibuu, cepatlah bagi tahu. Ibu meninggal tanpa jasad, bagaimana bisa??"
"Baik, baik. Mungkin kau harap tahu. Aku tidak meninggal. Intinya tubuhku di bawa seseorang karena tubuhku masih tersimpan sihir, dan dia menginginkannya. Jadi.. untuk keselamatan kau Atra dan kakakmu, ibu terpaksa melakukan ritual"
Ibu Fallen berhenti sebentar, menunggu respon sang anak. Tapi Fallen hanya bisa terdiam menunggu ibunya berbicara lagi.
"Ya, aku melakukan ritual, haha lucu sekali mengingat aku membodohi pria asap itu. Ritual untuk tubuh yang dipisahkan oleh roh. Roh ku masih disini, tapi diletakkan oleh cermin. Dikunci juga di rumah ini. Tubuhku yang masih menempel dengan sihir dibawa oleh...--
"SIAPA ORANGNYA??!!" Fallen bertanya dengan nada rendah tapi sepertinya ia akan memberontak.
"Jangan berontak ibu bilang dasar kau anak tengil" ibu Fallen berbicara layaknya ibu ibu yang rempong.
Aku menahan tawa, begitu juga dengan yang lainnya. Anaknya serius tapi kenapa ibunya malah mengajaknya bercanda. "Karena ibu roh di rumah ini jadi mari ibu antar ke ruang bawah tanah"
"Ibuu, jawab dulu pertanyaanku!" Kali ini Fallen benar benar geram. Mengapa ibunya harus menyembunyikan hal itu darinya. Iris coklatnya sudah menyala nyala. Baru pertama kali aku melihat Fallen marah, karena dia yang paling tua di Bethas, jadi keseringan ia yang paling bersikap bijak dan tak pernah marah.
"Laxfier" Ibu Fisa, ibunya Fallen langsung keluar dari cermin tersebut, menatap sedih anaknya. Ia tahu pasti anaknya akan membalas dendam. Tapi Ibu Fisa tak ingin anaknya terluka.
Fallen mengepalkan tangannya kuat kuat. Uratnya sudah terlihat di sekujur tubuh. Beginilah jika sang penguasa element bumi marah. Tanah di bawah kami langsung bergetar, seakan mau runtuh. Ibu Fisa langsung menatapku, memberi kode. Aku yakin dia memintaku untuk menenangkan Fallen.
Dengan sigap, aku langsung berdiri. Meletakkan telapak tanganku ke punggung lain. Aku tak peduli ditatap tajam oleh yang lainnya termasuk Kay. Aku, pemilik kekuatan suci, Air. Setidaknya aku bisa memperdingin otaknya. Element Air bersifat ketenangan. Setelah aku menempelkan telapak tangan, bulir bulir air langsung memutari tubuh Fallen.
Berputar, bercahaya layaknya kristal. Urat urat Fallen juga mulai masuk kembali. Wajahnya tidak semurka tadi.
"Wahh, aku merasakan tubuhku ringan tanpa ada apapun yang membebankan"
"Tubuhku terasa sejuk"
"Otakku juga rasanya dingin"
"Ketenangan yang handal Avi"
Celotehan muncul dari mulut ke mulut. Mereka merasa tenang, sampai sampai ingin tertidur.
Fallen sudah tenang sekarang. Dia tersenyum kepadaku, "Terima kasih Avi, kalau tidak kau hentikan bisa bisa tanah disini terbelah dua", aku hanya membalas dengan senyum tipis yang kupaksakan. Karena aku mulai pusing kembali.
"Hey, jangan senyam senyum terus. Ayo cepat kita ambil pedangnya" Earth menarik tanganku, menjauh dari Fallen. Sedangkan Fallen hanya bisa mendengus kesal.
Flashback off
"Terima kasih bu, aku berjanji akan mengeluarkan ibu dari cermin, dan akan menyatukan kembali dengan raga ibu" Fallen berulang kali memegang tangan ibunya, yang tentu saja akan menembus.
"Tak apa, jangan terlalu memaksakan diri. Kau sudah banyak melalui peristiwa hebat selama ini" ibu Fisa mengelus kepala Fallen lembut.
"Kau ditinggal ibu, kau ditinggal kakakmu..." ibu Fisa beralih menatap tajam kak Gio yang menyesal.
"Tapi kau menemukan keluarga baru, kau hidup dibawah perlindungan yang kuat. Kau cukup dewasa untuk ku khawatirkan Fallen" kini air mata roh ibu Fisa juga ikut menetes. Walau itu hanya bayangan.
Ya, memang berat melakukan sesuatu yang terkadang harus mengorbankan orang orang kesayangan kita.
Tapi, semua orang sudah mempercayai darah biru. Darah yang akan melindungi orang orang lemah dengan kekuatannya. Darah yang akan selalu dipuja, disanjung, dan dikenang dalam sejarah.
Darah yang akan mengalahkan darah merah. Darah yang selalu membuat kerusuhan, melancarkan peperangan, menyiksa tanpa ampun.
Di dunia Alverton, darah biru adalah orang orang baik. Walaupun mereka melakukan pencurian, pembunuhan, penyusupan dan korupsi, mereka akan dihukum sesuai dengan ketetapan hukum negara. Itu adalah sifat manusia yang tidak bisa dihindari.
Semua orang pernah menipu, bermulut besar demi mendapatkan posisi, harta, dan segalanya yang dia ingin. Tapi mereka tak pernah mencari masalah dengan para petinggi. Tau sendiri jika berhadapan dengan para menteri, bisa bisa mereka pulang ke rumah tanpa kepala.
Di sebagian Galaxy, ada darah biru, darah merah, dan satu lagi. Tapi segala penelitian, para ilmuwan, para astronomi sudah mengerahkan pencarian mereka selama bertahun tahun. Tapi nihil hasilnya, mencari DNA darah yang disebutkan di beberapa informasi jutaan tahun lalu.
Jadi penelitian itu ditutup. Mereka menyebarkan pada masyarakat, bahwa di dunia ini, di Galaxy Alverton hanya ada dua darah saja yang menetap di antara mereka.
Ah, sudah sudah kembali ke perjalanan mereka.
Setelah dari planet Thiery, mereka memutuskan untuk istirahat sebentar di pesawat ruang angkasa. Perjalanan ke planet Sanguis membutuhkan waktu 1 hari setengah. Hanya dua orang yang belum mendapatkan pedang mereka. Earth dan Ayravi.
"Kalian tahu, bulan biru akan segera datang" ucap Hyna yang sedang memakan permen. Matanya tak lepas dari handphone.
"Oh, itu sekitar 5 hari lagi ya?" tanya Kay antusias.
"Bukankah itu bulan dimana mate saling bertemu, aku takut salah" Almer ikut membuka situs internet seperti Hyna.
Dari radar yang terlihat, bulan biru akan muncul 5 hari lagi. Bulan ini adalah dimana bulan yang mempertemukan seseorang sebagai mate, dan memiliki tanda yang berbeda beda sebagai sepasang mate. Jika kau tidak menemukan tandamu, mungkin sebagian manusia akan menunggu bulan biru selanjutnya sambil mencari mate nya.
"Wahh, benar. Kira kira bulan biru tahun ini memberiku mate tidak ya?" ujar Earth mendramatistir. Sambil memegang bunga mawar yang entah dia dapat dari mana.
Glenn menoyor kepala Earth.
"Auu, sakit tau. Nanti aku lupa ingatan bagaimana, nanti tidak ada mate yang mau bersamaku karena aku terus melupakannya" Earth mendramatistir lagi. Matanya dibuat berkaca kaca.
Fallen yang sedang membaca buku dengan tenang melayangkan bantalnya ke arah Earth, dan..
Headshot
Berhasil mengenai kepalanya. "Lebih baik kau lupa ingatan agar kau diam" tegas Fallen. Membaca buku adalah hal yang tidak boleh terganggu oleh keberisikan. Jika membahas sesuatu yang berguna kedepannya tidak apa apa, tapi Earth malah bermain menjadi duta drama menyebalkan.
"Eh, ngomong ngomong Avi mana? Aku tidak mendengar suaranya dari tadi" Nara celingak celinguk melihat ke seluruh ruangan.
Kay tersenyum, ia membuka sayapnya. Dengkuran halus terdengar di telinga mereka. Terlihatlah Ayravi yang sedang meringkuk kecil di bawah sayap Kay. Semua ber-oh pelan.
"Ihh, gemess. Dia jadi kecil banget kayak bayii" Vara ingin mencomot satu pipi Ayravi yang menggembung karena tertahan oleh tangannya.
Namun keburu di tahan Icy, "Biarin dia istirahat, dia juga baru sembuh" ucap Icy sembari tersenyum. Vara masih bisa menahan kegemasannya, tapi tidak dengan Nara.
Nara sudah mencubit keras pipi Ayravi. Membuat gadis kecil itu bergerak gelisah. Ia mengerjapkan matanya, berusaha menerima cahaya yang masuk ke dalam retinanya.
Kay langsung melepas tangan Nara.
"Enghh, ugh"
.
.
.Jangan lupa vote and coment:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Legend Dragon Swords
FantasyAku hanya berpikir aku bisa bebas dari bumi. Bumi adalah tempat penyiksaanku. Tapi aku juga tak pernah berfikir, kalau ada kaum manusia di dimensi lain. Yang berbeda dari manusia bumi. "Oh hai, aku Avia rellyn. Gadis remaja berumur 11 tahun. Saat ak...