DIMENSIONS AND TWO BLOOD

33 5 0
                                    

Aku nampak sedih disitu, menahan air mata. Aku tak mau kelihatan lemah di depan sahabatku.

"Avia rellyn, aku sahabatmu. Kau bisa ceritakan apapun padaku. Jangan pernah merasa kehilangan, aku masih ada disini"  Flora menatapku, ia telah membuat bendungan di matanya.

Aku mendekati mereka berdua, berjongkok di depan mereka yang sedang duduk di batu kecil.

"Jika aku sudah tak kuat, apa aku harus pergi?" Ujar diriku dengan nada pelan.

"Em.. em.." Flora menggeleng kuat.

"Kau, adalah lebih dari yang terbaik. Mungkin perasaanmu sudah hancur. Tapi suatu saat nanti kau akan memperbaiki dirimu sendiri hingga kau tahu tentang soal pengorbanan hidup"

Aku menatapnya riang, sekilas memang tampak orang yang sudah tidak mempunyai beban apapun.

Saat aku melihat diriku sendiri, netraku seakan akan bisa menembus, melihat ke dalam hatiku.

Setengah merah, setengah hitam.

Jahat dan benci menjadi satu.

Lalu di mana sisi baikku?

Kembali mataku menembus, ribuan sel darah yang mengalir di tubuh. Sel biru itu... ada.

Sel biru itu ada, tapi hanya ada satu.

Satu?!! Pekikku tak percaya.

Lalu diriku berdiri tegap, membuat Flora mengernyit kebingungan.

"Baiklah Flora, aku akan belajar untuk menjadi kuat. Kuat tanpa benci atau jahat pada siapapun. Aku tidak akan meratapi nasib, itu adalah hal yang tidak di perbolehkan tuhan. Aku akan selalu bangkit menghadapi masalah"

Flora mengangguk lalu tersenyum dan memelukku.

Gambaran mereka seakan pudar.

Tunggu!

Aku masih ingin melihat Flora!

Jangan bawa aku ke dunia ini lagi!

Floraaa!!!

"Aku akan belajar untuk kuat....

"Aku tidak akan meratapi nasib...

"Aku akan selalu bangkit menghadapi masalah...

Terus terngiang ngiang di kepalaku.

.

.

"AYRAVIIII!!!!"

"AYRAVI WAKE UUPPP!!""

"H-hah?"

Bugh!

Aku terlempar?

Aku menoleh cepat, tidak! Tidak mungkin!!

Laxfier menghancurkan arena Daevos. Bahkan yang lain sudah terkapar. Tanganku di tarik seseorang, "Kau berada di dimensi itu lagi, bahkan Laxfier tak bisa menembus" ucap Zea terengah engah.

Banyak pasukan asap dengan mata menyeringai sudah menyerang tempat kami.

"Di mana Kay?"

"Ada di ukiranmu"

Aku mengangguk cepat.

Perang ternyata terjadi lebih awal, lebih menambah dugaanku kalau ini ada yang merencanakannya.

Sekarang di depanku terlihat seseorang berjubah hitam besar, ia tidak menapak, dengan sayap devilnya yang menghembuskan debu debu ke sekitarnya.

Dua tanduk di kepalanya, mata hitam yang memenuhi ruangnya dan... seringaian jeleknya itu.

Princess And The Legend Dragon Swords Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang