"Argghh"
Crasshh
.
.
.
Pedang tersebut tercabut bersamaan dengan teriakan Ayravi. Mereka bertiga membulat, "Kita harus menolong mereka!!" ucap Nara yang sudah berlari duluan, disusul kedua temannya. Naga mereka pun sudah masuk ke ukiran mereka.
Alangkah terkejutnya mereka.
Ayravi disekap mulutnya oleh Cato, dan pedangnya sudah ditaruh di depan leher Ayravi.
Kay, Hyna, Glenn, Earth dan Fallen sudah mengangkat tangan mereka ke atas. Kay benar benar cemas dengan Ayravi yang sangat pucat dan terlihat seperti kehabisan nafas karena disekap oleh Cato.
"Kay, serahkan kekuatanmu, atau partnermu akan teriris perlahan oleh pedang beracunku!" perintah Cato.
Sebenarnya mereka bisa saja melakukan penyerangan dari belakang karena bawahan Cato hanya tersisa 5, itupun mereka hanya berjaga di depan Cato.
Tapi Kay takut Ayravi akan tergores pedang Cato yang beracun.
Ayravi POV
Aku merasakan pening yang sangat berdenyut di kepalaku. Aku tak bisa melihat Cato dengan jelas. Saat aku mencoba kembali pada pertarungan, Cato sudah melayangkan pedangnya.
Singg
Singg
Craattt
Darah segar berwarna biru muncrat dari tangan dan pipiku. Menyebalkan!
Wajahku sudah tak mulus lagi. Erangan menyakitkan keluar dari mulutku. Belum selesai aku mencoba berdiri...Bughh
Lagi, Cato menendang ulu hatiku. Darah segar kembali muncrat dari mulutku. Aku terguling hingga menabrak bebatuan es yang sangat keras. Aku sudah tak tahan lagi, sungguh!!
Panas di tubuhku menyiksa, kepalaku berputar putar, belum lagi dengan perihnya kulitku yang terseset lebar.
Kay keluar saat itu juga.
Lagi dan lagi, alangkah cepatnya Cato sudah menyekap mulutku dan mengacungkan pedangnya di depan leherku. Tentu saja Kay tak melawan, sedikit saja naga itu bergerak, nyawaku yang akan melayang.
"Oh, ya dewa bantu aku!!" Jeritku dalam hati.
Apa aku akan mati?! Apa ini akhir petualanganku, apa sikap diamku berujung seperti ini setelah aku melihat semuanya??!!
Air mataku menetes perlahan lantaran tak bisa bernafas. Dadaku sudah sesak.
Tidak, aku tak boleh mati konyol!! Aku tak akan mati di umurku yang masih sangat muda. Tidak!!!
"Kay, serahkan kekuatanmu atau partnermu akan teriris perlahan oleh pedang beracunku!" perintah Cato.
Aku menatap Kay yang sedang menatapku berkaca kaca. Aku menggelengkan kepala pelan. Mungkin tak apa aku mati, daripada naga itu yang mati, nanti malah ramalannya yang hancur. Mending mencari partner baru bukan?
Aku merasakan pandanganku berkunang kunang dan sesekali mataku berputar hingga putihnya saja yang terlihat. Sungguh? Jadi ini rasanya kematian? Aku mulai merasa kesadaranku menghilang.
Maaf..
Gumamku dalam hati. Mereka mungkin tak akan bisa dengar. Cahaya putih menyinariku dalan gelapnya ruangan, sempat kudengar jeritan histeris teman temanku. Hmm, aku mati disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Legend Dragon Swords
FantasyAku hanya berpikir aku bisa bebas dari bumi. Bumi adalah tempat penyiksaanku. Tapi aku juga tak pernah berfikir, kalau ada kaum manusia di dimensi lain. Yang berbeda dari manusia bumi. "Oh hai, aku Avia rellyn. Gadis remaja berumur 11 tahun. Saat ak...