BERANJAK PERGI

39 4 0
                                    

.
.
.

Sebulan telah berlalu. Pemandangan di Ibukota Zelestara sudah semakin membaik. Tenaga kerja robot terbaik dikerahkan semampunya.

Bahkan robot robot impor dari luar planet ikut membantu. Raja Henraf, ayahnya Hyna yang mengajak planet di luar untuk membantu.

Dewa masih baik, kerajaan hanya hancur di bagian depan, dan ke dua academy. Untuk bangunan utama istana, tak tersentuh sama sekali.

Luka yang di dapat anggota kerajaan mata angin itu, berangsur angsur membaik. Mereka mendapat perhatian khusus karena mereka telah membantu sangat banyak. Mereka juga masih menginap di istana ini.

Dari banyaknya hal baik yang kukatakan, ada satu hal yang tidak baik saat ini.

Yah, aku menerima resikonya. Aku bahkan tak tahu ini jebakan apa bukan. Yang dapat kukatakan tentang keadaanku saat ini hanyalah, terpuruk.

Dijauhi

Dibully

Diremehi

Diusir

Dibenci

Setiap hari aku menangis, menjadikan mataku seperti hewan kebun binatang yang besar dan berbulu hitam putih.

Kalian tahulah, panda.

Aku mengurung diri di kamar, tak ingin menunjukkan diriku sama sekali terhadap mereka semua.

Ini juga bagian dari perintah ayah, bahwa aku dihukum di kamar. Boleh keluar atau makan saat kami semua tidur. Tak ada yang berani menentang perintah sang Raja.

Bahkan ketika aku melewati Pangeran Lazlo dan Erlan, mereka menatapku dengan penuh kebencian. Mereka pikir aku lah yang berkhianat.

Padahal aku tak tahu apa apa.

Hanya kamar ini yang menjadi tempat ketenangan bagiku, aku masih bersyukur tidak diusir dari istana. Mungkin hanya diusir jika aku kelihatan mereka.

Para pelayan sebenarnya sangat berempati kepadaku, apa daya mereka lebih memilih Raja, atau nyawa mereka yang akan menghilang.

Aku mengambil notebook yang ada di laci meja.

Halaman pertama...

Anggap saja aku ingat akan hal ini
Perjalanan bersama teman temanku
Bersama Kay dan Jula
Anak anak Academy Bethaswan
7 pedang yang diramal
Dari mulut ke mulut, tak pernah digigit
Jika kau lihat ini
Anggap saja kau kau kembali
Dengan keberhasilanmu yang kemungkinan akan menjadi sia sia

Aku menangis melihatnya, dapat kurasakan Jula mengusap lenganku pelan.

Jula menatap Auvamor yang duduk di kasur dengan bingung, meminta saran.

Yang ditatap hanya menggeleng pasrah. Auvamor yang di benci dua kali saja kuat, namun aku tidak. Aku hanyalah anak berusia 11 tahun yang tiba tiba mendapatkan kekuatan, dan menggunakannya untuk membalas kejahatan.

"Hufftt..." helaku lelah.

Aku membuka halaman kedua, kutulis naga bersama pemiliknya. Gambaranku hanya seperti manusia lidi dan naga yang kubuat seperti kupu kupu.

Saat ku gambar diriku dengan biru langit, di kanan diriku kugambar Auvamor dengan pensil warna hitam, dan di sisinya lagi naga berwarna biru laut, Kay.

Jula memandangku dengan tatapan sedih, monitor wajahnya menunjukkan huruf T, T _ T.

Kubuka halaman ketiga...

Kuambil pulpen dengan warna hitam. Mulai merangkai kata kata yang tepat pada perasaanku sekarang.

Princess And The Legend Dragon Swords Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang