LOOKING FOR A SWORDS 17.

36 5 1
                                    

"Hoamm.." Ayravi mengerjapkan matanya. Berusaha menerima cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Rencananya ia akan berjalan jalan lagi ke sekeliling desa, tanpa ia tahu apa yang menjadi sarapan matanya pagi ini.

Gadis itu segera menuju ke kamar Icy yang berada di sebelahnya. Mereka menginap di rumah Zea. Gadis kutub itu ingin tidur di rumahnya, jadi kami menemaninya.

"Aaaa!!"

Teriakan Ayravi membuat kedua orang di depannya menjadi gelagapan.

"Icy? Glenn? Kalian mate??!" tanyaku dengan ekspresi yang tak bisa diartikan. Gadis itu melihat Glenn yang memeluk Icy tadi.

"Y-ya" jawab keduanya. Mereka khawatir bocah itu akan ternodai pikirannya.

Siapa sangka, Ayravi malah bertepuk tangan, "Selamat yaa" ucapnya lalu melengos pergi. Itu membuat Icy dan Glenn bernafas lega.

Giliran ia ke kamar para lelaki, ia tidak terkejut lagi ketika ia melihat Hyna dan Fallen berpegangan tangan.

"Oh Avi, kau tidak seharusnya melihat ini, kau masih kecil" ucap Hyna sambil menutup wajahnya karena malu. Fallen juga memalingkan wajahnya.

Ayravi terkekeh geli, "Ayolah, aku hanya ingin memberi selamat kepada para mate, Selamat yaa" ucapnya riang lalu pergi.

Kali ini siapa yang akan di temuinya ya?

Gadis berambut hitam lurus dengan iris biru turquoise itu menuju ruang tamu.

Deg

Earth?

Memegang bunga mawar?

Ke...

Nara?

Atsmofer ku rasanya berhenti. Pemandangan pagi ini adalah santapan terburuk yang pernah aku lihat.

Jadi semalam bukan jawaban asal? Ketika dia mengatakan bintang api, itu bukan sekedar tebakan?

Kalau semuanya dapat, sisanya?

Ah benar Zea!

Aku langsung berlari keluar meninggalkan dua sejoli itu yang terus berteriak memanggilku.

Sampai di halaman, aku menutup mulutku. Zea akan berciuman dengan pangeran Alex. Aku masih mematung berdiri di tempat.

Alex dari ujung ekor matanya merasa ada yang memperhatikannya. Alex menoleh. "H-hah??!!" Alex memalingkan wajahnya, wajahnya memerah.

Begitu juga Zea, ia menatapku cemas karena hampir melihat kelakuannya.

"A-ayravi.. kami.. ha-hanya.. eh...

"Tak apa, lanjutkan saja. Maaf pangeran Alex, maafkan aku Zea. Aku telah mengacaukan kalian. Maaf aku akan pergi" ucap gadis itu, lalu langsung berlari kencang meninggalkan tempat tersebut.

"Avi.." lirih Zea.

*****

Hutan hutan terdengar sunyi, tiada binatang yang bernyanyi. Air sungai masih tenang seperti kemarin malam.

Tinit

Tinit

Alarm di jam ku berbunyi.

Tanggal 12?

Bulan juli?

"Ah, yeay berarti hari ini aku sudah berumur 12 tahun. Itu artinya aku bertambah dewasa" serunya riang.

Ia melanjutkan jalan jalan paginya, sesekali ia memikirkan pedangnya. Dimana kira kira pedangnya berada, sampai kertas kuno itu tak bisa menggambarkannya.

Princess And The Legend Dragon Swords Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang