Hujan masih turun, walaupun tak deras tapi udaranya semakin dingin karena hari sudah menggelap.
Mereka sedang berada di toko yang berlogo seorang pria paruh baya sedang memegang salah satu jenis makanan kucing.
Ayravi bergelung di balik selimut yang terbuat dari daun, sesekali ia membuka mulut untuk disuapi roti oleh Hyna. Di sisi yang lain Nara membuat api kecil untuk menghangatkannya.
*****
Namun tiba tiba organ di dalam perutnya mengamuk entak kenapa, seketika ia terduduk lemas.
Ia mengerang sambil meremas perutnya. Rasa nyeri ikut membungkam mulutnya. Kucing di depannya langsung berlari menghampirinya. Mengendus pipi Ayravi, hingga membuatnya terkekeh karena geli.
"Ayo kita harus ke toko depan itu, kau bisa pingsan jika kedinginan"
Ayravi membulatkan matanya, dengan tenaga yang lemah ia memaksakan mengangkat kepalanya. Ia menelisik kucing yang bisa berbicara itu.
"Ni..Nimos?" beo Ayravi. "Syukurlah" gumam Ayravi yang masih bisa di dengar oleh kucing itu.
"Ya, ayo sekarang aku akan membantumu" kucing itu berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Ia menarik pelan telapak gadis itu. Ayravi harus berusaha agar tak jatuh, karena perutnya itu semakin berdenyut nyeri.
Di depan toko, Ayravi mencoba merogoh ponsel dari saku celananya. Tubuhnya menggigil kedinginan karena sempat terguyur hujan. Kucing yang bernama Nimos itu mengambil alih handphone.
Ia membuka aplikasi chat. "Harus kukirim kemana lokasimu?"
"Kay", Nimos mengangguk, lalu ia dengan segera mengirimkan lokasi di gang depan yang Ayravi lewati pertama kali. Kucing pun bisa ber-teknologi.
Ck ck.Aku berusaha duduk tegak. "Bagaimana tiba tiba pandanganku bisa melihat 3 gang kelokan tadi, padahal aku merasa seperti melihat dinding yang buntu. Nimos tersenyum. "Itu karena dimensi pedang element angin. Dia yang membuat perisai agar tak siapapun tahu kecuali aku" jelas Nimos.
Aku mengangguk mengerti. Aku melihat lokasi mereka di handphoneku. Tapi jika dimensi transparan yang melindungi toko ini tak bisa terlihat, berarti aku harus menjemput mereka.
"Kau terlalu lemah untuk berdiri, biar aku yang mengajak mereka kemari, kau diam saja disini" ujar Nimos lalu dengan cepat ia melesat pergi.
Aku tersenyum simpul. Apa dia bisa membaca pikiranku. Aku mengedarkan pandanganku ke langit langit teras toko. Tampaknya, tempat ini sudah ditinggalkan lama. Tapi ini tempat penampungan kucing.
Aku masih menekuk lutut ku sampai terdengar suara ricuh yang memanggil namaku.
*****
"Kau kemarin malam tak makan" ujar Kay datar. "Lalu tadi pagi kau telat bangun, jadi kau tak sarapan". Kay menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan kata katanya. "Dan dari siang hingga malam ini kita sibuk mencari kucing itu, apa kau benar benar tak merasa lapar?! Kau tak memikirkan dirimu??!" Kay berteriak sangar. Semua orang yang ada disitu terkejut, karena belum pernah melihat Kay marah. Ternyata sangat menyeramkan.
"Maaf" gumam Ayravi, ia tak bisa berbicara dengan suara normalnya karena itu membuat perutnya semakin nyeri sampai ke ulu hati. Sungguh ia tak merasa lapar, ia baru menyadari rasa lapar bercampur nyeri itu saat akan menolong Nimos.
Kay memalingkan wajahnya. Sammy menepuk bahu Kay serta menggelengkan pelan kepalanya. Tapi naga biru turquoise dengan ukiran rasi bintang di kepalanya itu hanya mengendikkan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Legend Dragon Swords
FantasiaAku hanya berpikir aku bisa bebas dari bumi. Bumi adalah tempat penyiksaanku. Tapi aku juga tak pernah berfikir, kalau ada kaum manusia di dimensi lain. Yang berbeda dari manusia bumi. "Oh hai, aku Avia rellyn. Gadis remaja berumur 11 tahun. Saat ak...