36 Jam sebelum perang
Arena menggema karena suara eranganku yang menerima pukulan bertubi tubi dari Kay.
"Cakram api!" Balasku teriak, lalu kulemparkan cakram cakram tajam itu kepadanya. Karena naga itu dalam mode kecil, jadi ia dengan mudahnya menghindar.
Aku di naikkan di Daevos, karena kekuatanku berkembang pesat jadi mereka memindahkanku ke tempat yang luas.
Agar tak menghancurkan arena milik Bethas.
Hanya ada Kay, aku, Namiza dan Askard. Anak Daevos yang lain sudah pergi makan siang.
"Apa dia bisa menemukan pedangnya? Aku hanya merasa latihan ini tidak ada apa apanya. Tidak terlihat tanda tandanya sama sekali" ujar Namiza dengan nafas lelah.
Askard hanya diam, dirinya tak mampu berfikir lagi. Mencoba berkali kali berfikir bagaimana caranya bersatu dengan air.
Ayravi bercerita kepada Zea, Askard, dan Namiza kemarin malam. Ia baru pulang dari perpustakaan sekitar jam 11 malam.
Ditemani Nenek Hannah yang ingin meminjam buku cerita untuk cucunya. Ayravi bilang dia harus bersatu dengan air.
Jika dia bersatu, element powernya akan lebih kuat, dan itu bisa membantu mengeluarkan kekuatan besarnya. Satu lagi, Auvamor itu tak susah di keluarkan. Hanya emosi yang dapat membuatnya bangkit.
Ayravi memutuskan untuk tidak mengeluarkan kekuatan Auvamor nantinya.
Tapi bagaimana dia bersatu dengan air? Ayahnya, Raja Altha juga tak pernah menceritakan apapun soal itu. Tunggu, bagaimana dengan yang di--
"Kak"
Askard menoleh. Ternyata Kay meninggalkannya lagi untuk menyuruhnya berlatih lagi.
Askard prihatin melihatnya, wajah anak itu penuh lebam, tapi tak sampai berdarah. Kakinya terkilir karena terpeleset saat mengeluarkan ombak besar.
Askard saja bahkan tak pernah mengeluarkan ombak dengan energi sebesar itu.
"Ahh, aku takut kekuatanku tak berkembang sama sekali" geram gadis itu. Lebam di tubuhnya sedang di kompres dengan air dingin oleh Namiza.
"Oh ya, sewaktu kau latihan hari itu di laut, kau tenggelam cukup lama, Kay bahkan tak bisa menemukanmu. Kau dimana saat itu?" Tanya Namiza tiba tiba. Itu membuatku tercengang sesaat.
"Ya, kau tiba tiba keluar dari pusaran air. Wajahmu juga sedikit membiru, seperti kehilangan nafas. Padahal kau pengendali, kau bisa bernafas di air" tambah Askard.
Aku menatap dinding arena atas, mencoba mengulang memoriku saat aku bertemu Seyla, cucu anak dewa poseidon yang bertugas menjaga lautan. Sekaligus membantuku jika aku ada masalah dengan kekuatanku.
Flashback on
"Aku tau, itu kau"
"H-hah?" Aku tidak mengerti maksud gadis itu sama sekali.
Gadis itu hanya tertawa pelan lalu melepaskan trisulanya. Hebatnya trisulanya tak jatuh, malah mengambang di sampingnya.
Gadis itu mengulurkan tangan, "Sebelumnya perkenalkan dahulu, saya Seyla. Cucu dari anak raja poseidon yang ke tiga" ujarnya sembari mengusung senyum manis.
Aku menerima salam darinya, "Kau bisa memanggilku Avi saja, jadi bagaimana dengan pedang itu? Apa maksudnya 'itu kau'?" Tanyaku tidak sabaran.
"Maaf putri Avi, tapi aku benar benar tidak tahu dimana letaknya. Aku bisa saja mengelilingi lautan di galaxy ini, tapi kalau aku tahu dimana letaknya, pasti aku akan menjaganya untukmu" ujar Seyla dengan nada menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess And The Legend Dragon Swords
FantasiAku hanya berpikir aku bisa bebas dari bumi. Bumi adalah tempat penyiksaanku. Tapi aku juga tak pernah berfikir, kalau ada kaum manusia di dimensi lain. Yang berbeda dari manusia bumi. "Oh hai, aku Avia rellyn. Gadis remaja berumur 11 tahun. Saat ak...