BETHASWAN AND DAEVOS

132 11 1
                                    

Langit biru membentang dengan beberapa awan putih yang bergerak perlahan. Suara hembusan angin dan rumput rumput bersinggungan, membuat kesan damai dan tenang.

Kerajaan Nevera mempunyai sistem khusus untuk melindungi anak anak dengan kekuatan yang mereka miliki.

Seperti Academy Bethas. Raja dan Ratu adalah seorang pemimpin. Dibawahnya ada kakak kakak ku yang memiliki kekuatan inti.

Hah? Kakak kakak? Sebenarnya aku terkejut saat Raja mengumumkan bahwa aku anak ke 7. Askard sendiri menunjukkan foto kelima saudaranya kepadaku. Tapi ia bilang aku masih belum boleh berjumpa dengan mereka.
Berarti aku anak bungsu.

Di bawah kendali mereka yang disebut Daevos ada Bethaswan. Jika mereka sudah terampil dalam Bethas mereka bisa menjadi Daevos.

Dibawah Daevos ada tingkat panglima lalu para robot tempur, dan yang terakhir adalah prajurit gawai. Ya, mereka adalah prajurit dengan gawai sesuai keahlian mereka masing masing.

Sungguh, aku tidak mengerti. Sekarang aku bernafas di dunia yang terlihat kuno, tapi tetaplah canggih. Memang, rasanya aku seperti melupakan sesuatu.

Ah, mungkin tidak penting.

Yang penting aku hidup di dunia aman sekarang, setelah mimpi buruk itu berlalu terakhir kali.

Setelah Askard mengajakku berkeliling arena, ia mendapat panggilan telefon. Katanya dari academy Daevos. Askard bilang aku boleh kemana saja asal jangan keluar ke jalanan kota. Jadi karena aku bosan di kamar indahku, aku memutuskan pergi ke taman.

Berjalan ke taman taman istana sungguh memuaskan pandanganku. Pohon pohon yang sangat subur dan terawat. Air mancur megah berada di depan dan belakang istana. Saat malam air mancur itu akan berwarna warni karena lampu yang berada di bawah pancuran menyorot keluar.

Aku masih menyusuri taman tersebut. Sejuk bahkan pada saat siang hari seperti ini. Hingga di ujung taman, sebuah gerbang aneh, menyeret rasa penasaranku.

Gerbang itu setinggi 2 meter. Dengan ukiran ukiran rumit yang tak aku mengerti. Gerbangnya terlihat lama karena sudah berkarat. Di tengah garis gerbang sebuah gembok sebesar bola sepak mengunci di sana dengan beberapa seutas rantai. Tanaman sulur bahkan hidup subur melilit gerbang aneh itu.

Aku menggerakkan tangan, hendak menyentuh gembok itu. Tapi seseorang datang mengejutkanku.

"Ayravi" Aku menoleh. Menarik tanganku kembali. Ternyata Zea yang datang.

"Kau ingin membuka gerbang itu?" Tanya Zea dengan wajah datar.

"A-ah tidak, aku hanya penasaran saja" aku menjawab kikuk. Sebenarnya aku gugup saat bicara dengan orang baru.

Wajah Zea menelisik ukiran tersebut. Menatapnya lamat lamat sebelum akhirnya berbicara sepatah kata.

"Jiolin"

*****

Kini di bangku taman yang menghadap air mancur, aku duduk bersama Zea.

Dingin sekali Zea, mungkin karena masa lalunya.

Aku menoleh ke wajahnya yang masih menghadap ke depan.

Dengan gugup aku membuka pembicaraan. "Siapa Jiolin?" Zea masih tak berbicara. Ia lalu memejamkan matanya lalu mulutnya berkomat kamit. Aku hanya membisu setelah apa yang kulihat.

Ya, Sammy.

Sammy keluar dari tubuhnya bagian lengan kiri. Bagaimana bisa!? Apa tubuhnya tidak sakit dimasuki naga itu.

"Hai Ayravi, kau pasti sudah mengenalku. Sammy." Naga kecil itu mengajakku berjabat tangan. Awalnya aku ragu. Tapi setelah Zea bilang jangan takut maka aku pun menjabatnya.

Princess And The Legend Dragon Swords Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang