Chapter 10

356 17 4
                                    

"Harus sampai berapa dini hari hingga aku tak merasa berjuang sendiri?"
~Lea~

"Jadi Varo kesini bukan untuk meminta maaf?"

Dahi Varo mengerut kala ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Lea. padahal ia sama sekali tak ada merasa melakukan kesalahan pada gadis itu.

"Maksud lo?"

Bibir Lea memanyun, ia sudah tak sanggup lagi bersikap cuek pada Varo. Ia harus mengungkapkan kekesalannya pada pemuda itu.

"Yang tadi Varo antarin, Safira. Varo nggak mau jelasin gitu yang sebenarnya-" tangan Lea beralih menatap tangan Varo dan menggenggamnya namun ditepis pemuda itu.

"Gak usah genit"

Huft, Lea menghela nafas sabar ngomong sama Varo tak ada bedanya dengan ngomong sama tembok.

"Varo jawab ucapan Lea barusan, Varo nggak mau ngejelasin gitu kenapa bisa antarin Safira" Lea meremas kedua tangannya yang sudah dingin karena tegang, takut Varo marah padanya.

"Varo jawab!" Kesal Lea kala Varo hanya diam tak mengindahkan ucapannya.

"gue udah bilang tadi alasannya. Masih belum jelas?" Jawab, Varo sekenanya lalu beranjak pergi begitu saja masuk kedalam kamarnya namun tanpa ia duga Lea mengikutinya.

Belum sempat Varo menutup pintu kamarnya, Lea sudah masuk terlebih dahulu dan duduk di tepi ranjang Varo. Ia mengedarkan pandangannya pada kamar bernuansa hitam abu-abu itu.

Kamar Varo hanya polos tanpa posteran seperti kamar-kamar anak muda lainnya. Sepertinya Varo tak mau ribet. namun walaupun begitu kamar Varo sangat bersih dengan buku-buku tertata rapi. sangat berbeda dengan kamar Lea yang sudah seperti kapal pecah.

"Keluar!" usir Varo, netranya menatap tajam Lea yang sudah duduk anteng di dalam kamarnya.

Namun bukannya pergi Lea justru menaiki ranjang Varo dan meloncat-loncat disana seperti anak kecil yang tengah mendapat mainan baru.

"Keluar Lea!"

"Nggak mau, Varo. Lea mau disini aja sama Varo." kata Lea sambil terus meloncat-loncat diatas ranjang king size milik Varo.

Sampai tiba-tiba-

Bruk!

Tubuh Lea mendarat indah di lantai, ia terjatuh dengan posisi tersungkur. sepertinya ia meloncat terlalu tinggi membuat tubuhnya tak seimbang dan berakhir mengenaskan di lantai.

"Varoo sakitt!" ringis Lea. namun Varo hanya melangkahi tubuhnya dan naik keatas kasur.

"Keluar gue mau tidur!"

JEDER!

tepat saat Varo mengucapkan kalimat itu tiba-tiba suara petir bergemuruh keras disertai hujan deras.

"Varo Lea takut" cicit Lea dengan tubuh gemetar dan langsung melompat ke atas kasur Varo dan memeluk tubuh pemuda itu.

"Lepas Lea!" Varo hendak menjauhkan tubuhnya dari tangan gadis itu namun kesulitan lantaran tangan Lea menempel terlalu kuat bahkan memeluk erat perutnya.

"Lepas gue mau nutup tirai"

"Enggak, Varo. Lea takut." kata Lea dengan tangan tak lepas dari perut perut Varo.

Varo menghela nafas panjang, ia merasa hanya akan percuma jika berusaha melepaskan tubuhnya dari rengkuhan Lea. Maka ia pun bangkit dari kasurnya dengan Lea yang masih menempel diperutnya.

Lea bahkan meletakkan kedua kakinya di pinggang Varo dan tangannya yang tadi memeluk erat perut Varo kini beralih ia kalungkan pada leher pemuda itu.

"Varo nggak berat kan gendong Lea gini" kata Lea sambil mendongakkan kepalanya dari balik dada bidang Varo.

Lelaki Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang