Di Balkon kamarnya, Varo tak henti-hentinya mengulas senyum. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Lea, mengingat saat mereka berpelukan tadi malam dan Lea yang memintanya untuk tak pernah meninggalkannya.
Saat ini Varo sudah mengenakan seragam sekolah namun ia rasanya sangat canggung untuk keluar kamar apalagi bertemu Lea ... Entahlah mengingat cewek itu saja jantungnya sudah berdebar kencang apalagi harus bertatap muka, padahal selama ini ia tak pernah merasakan perasaan ini pada Lea.
"Apa gue udah suka sama dia---Nggak-nggak mungkin!" Varo menepis pikirannya namun berulangkali ia menyangkal tetap saja perasaan tak bisa bohong ... Kalau hatinya sudah jadi milik Lea.
"Varoooo!"
Varo membalikan tubuhnya kala samar-samar mendengar pekikan Lea yang melengking, lantas masuk ke dalam kamarnya dan mengambil tas nya.
Ceklek
Varo membuka pintu, ia membuang muka ke arah lain tak ingin menatap Lea yang menatap garang kearahnya. Sepertinya cewek itu sudah menunggunya cukup lama.
"Varo darimana sih, Lea dari tadi loh manggil Varo tapi nggak denger!" Kesal Lea seraya berkacak pinggang.
Varo mengalihkan pandangannya kearah wajah Lea dan berkata. "Gue tadi lagi---" Varo menggaruk tengkuknya bingung harus menjawab apa. "Gue lagi pake seragam"
Lea hanya mengangguk paham, lalu melangkahkan kakinya menuju anak tangga namun tangannya di tahan Varo.
"Kenapa?" tanya Lea bingung.
Tanpa berkata maupun menjawab Varo menarik lembut tangan Lea menuntunnya turun dari anak tangga ... hal itu membuat Lea bertanya-tanya dalam hati ada apa dengan Varo.
"Lo suka nggak hati-hati kalo turun," ujar Varo . Kali ini suaranya terdengar lembut tak dingin seperti biasanya.
Mata Lea berbinar cerah mendengarnya. "Varo perhatian sama Lea?!, ini artinya Varo udah---Hmmpt!"
Varo membekap mulut Lea jika tidak dihentikan maka Lea akan berbicara sepanjang hari dan itu akan membuatnya pusing. "Gue cuma nggak mau disalahin Daddy lo kalo lo jatuh dirumah gue," tegas Varo.
tubuh Lea terseok-seok di seret Varo, setelah tiba di garasi barulah Varo melepaskan bekapannya di mulut Lea. Cewek itu tampak terengah-engah namun Varo hanya terkekeh puas ia melihat wajah pucat Lea.
"Varo jahat!" keluh Lea tangannya melipat dada pertanda ia sangat marah. "Lea kan udah bilang jangan bekap mulut Lea kalo Lea mati nanti Varo nggak ada yang suka lagi nggak ada yang perhatiin Varo lagi ---"
"Ada" potong Varo dan Lea pun membelalakkan matanya.
"Safira?!" Lea mendengkus sembari membuang muka.
"Arwah lo,"
"Heh!," Lea menatap sinis Varo, "memangnya dikira Lea udah mati apa?!, Varo seneng kalo Lea mati?"
"Berisik!, kan lo sendiri yang bilang lo mati." kata Varo saat sudah mengeluarkan motornya. "Ayo naik, nanti telat."
Buru-buru Lea menaiki motor Varo dan mengalungkan lengannya di pinggang Varo, senyuman sumringah terhias di wajah cantiknya.
•••
Di kantin Lea tak menyentuh sedikitpun makanannya, fokusnya hanya pada Varo seorang. Memperhatikan cowok itu makan dari satu suap pentol bakso yang masuk ke mulut Varo hingga habis.
Sejujurnya Varo merasa sedikit risih ditatap begitu, untuk yang ke 3 kalinya ia mengangkat kepalanya Lea masih saja menatap wajahnya. Tersenyum pula ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Ficção Adolescente"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...