Kamu itu seperti pelangi yang mewarnai hidupku
~Azalea~
-----------------------------------------------------------------
Kring!"5 menit lagi ..."
Kring!
Lea menggeliat, membuka matanya lantas menoleh pada Alarm di atas nakas yang sedari tadi berbunyi nyaring, Tidak bisa kah dirinya tidur sebentar lagi, kenapa Alarm ini terus menganggu tidurnya.
"Lea masih ngantuk, astaga." Lea mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. kemudian meraih ponselnya yang berada di sampingnya.
Matanya membola saat mendapati banyak panggilan tak terjawab dari Varrel, jari lentiknya pun menekan tombol WhatsApp dan membuka Room Chatnya dengan Varrel, disana banyak pesan yang belum ia baca.
Lea menutup mulutnya spontan, ia lupa jika hari ini sudah berjanji akan jalan-jalan bersama Varrel dan Zila ke mall dan berbelanja sepuasnya.
"Duh Lea nggak tau, mana Lea atur Alarm jam 9 lagi," Lea menepuk jidatnya frustasi. Varrel pasti marah karena hal ini.
Membulatkan tekad, Lea pun bergegas mandi dan berpakaian secepat kilat. Lantas keluar dari kamar.
Setelah berada di ruang tamu Lea di kejutkan dengan kehadiran Varrel yang sudah memakai pakaian rapi, sangat tampan dengan kemeja berwarna hitam. Lalu di sampingnya Varo juga terlihat sudah bersiap-siap dengan hoodie hitam kebanggannya.
"Loh, Varrel udah datang-" Lea menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa canggung sebab telah membuat Varrel menunggu lama. "Udah lama nunggu, ya." Ia bertanya was-was.
"Udah satu jam," jawab Varrel sekenanya, Lea bernafas lega karena Varrel menjawab dengan senyuman berarti pemuda itu tidak marah. "Tapi gue kesel,"
"K-karena, Lea terlambat ...?" tanya Lea mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Bukan itu- tapi si Curut ngapain mau ikut!" Varrel berkata sembari menoleh pada Varo yang duduk anteng di sebelahnya sembari memainkan ponsel.
Wajah Lea berseri-seri. "Varo ikut?!," Lea bertepuk tangan girang, seolah baru saja memenangkan lotre.
"Dia maksa mau ikut," keluh Varrel dengan raut muka kesal. dan Varo bahkan tak menggubrisnya, pemuda itu asyik sendiri dengan ponselnya.
Lea memicing, wajah yang tadinya berseri lenyap seketika, kakinya melangkah mendekat pada Varo dan duduk di sampingnya. Ia mengintip apa yang ada di layar ponsel pemuda itu, Namun sialnya Varo menyadari hal itu.
"Kenapa?," Varo bertanya seraya memasukan ponselnya di saku. "Berangkat sekarang, keburu siang."
•••
Usai menjemput Zila, Varrel melajukan mobilnya ke sebuah mall ternama di kota Jakarta. Lea dan Zila yang duduk di jok belakang kini sedang asyik berfoto-foto cantik, lain hal nya dengan kedua pemuda yang duduk di depan, mereka bahkan saling menatap penuh permusuhan.
"Lea, lo harus pake masker." Lea terperangah, apa maksud Zila berkata demikian. "Gue yakin di mall pasti banyak fans lo, daripada berujung lo dikejar-kejar sama fans, lebih baik pake masker." suruh Zila yang menyodorkan Masker dan Lea pun mengambilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
أدب المراهقين"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...