Chapter 16

335 19 19
                                    

"Bunga yang indah tetaplah bunga, meski tak pernah dihargai oleh orang yang buta akan keindahannya."

~Azalea~

________________________________________

Usai dari sekolah dan mengantar Lea, Kini Varo sudah berada di Mall. tujuannya ingin membelikan sebuah Hadiah untuk ulang tahun Lea, namun sudah berkeliling hingga setengah jam lamanya ia tak menemukan hadiah yang cocok untuk gadis itu.

Ia berdecak, lantas menuruni Eskalator dan menuju tokoh boneka. Ia yakin Lea pasti akan senang jika ia memberikan boneka.

"Tapi gimana gue bawa nya," ia bergumam lirih. Menoleh pada deretan boneka jumbo yang berada di hadapannya.

Memijit pelipisnya, ia meninggalkan tokoh boneka itu dan kembali berkeliling. Sampai tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Dulu ia pernah membelikan hadiah untuk Safira, dan gadis itu sangat senang.

Sebuah senyuman terbit di bibir Varo, Sepertinya ada harapan untuknya " kalung ..."

Setelah berada di tokoh perhiasan, ia kembali dilanda bingung. Sebab semua kalung itu seperti tak ada yang menarik di matanya.

Lama ia memindai deretan perhiasan itu, sampai matanya menangkap sebuah kalung dengan liontin berbentuk Love. Sangat menggemaskan..

"Kak Varo,"

Varo tersentak, saat suara lembut mengalun di telinganya. Lantas ia pun berbalik dan mendapati Safira sudah berdiri di sana dengan senyuman tak lepas dari bibirnya.

"Mau beliin siapa, Kak?" tanyanya.

Varo menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa. "Gak ada gue cuma--- Ck bukan urusan lo. Kenapa lo bisa ada disini?"

"Kakak Varo masih ingat aja kalo dulu aku suka kalo di kasih kalung, benar kan. Kak Varo bohong waktu itu,"

Varo yang melihat Safira cengar-cengir spontan dibuat bingung. Ada apa dengan gadis yang notabenenya adalah mantan kekasihnya itu.

"Saf?!"

"Eh ... Maaf kak aku melamun. Aku tadi nya disini cuma bosan terus mau beli kalung, tapi nggak jadi deh." ucapnya dengan mata berbinar. Ia yakin setelah ini Varo akan mengajaknya membeli kalung itu, Namun---

"Kenapa?,"

Bibir Safira yang awalnya membentuk sebuah senyuman kini melengkung. Ia akui jika Varo ikut lomba cowok tidak peka sedunia pasti cowok itu akan memenangkan juara satu.

Bahu Safira yang awalnya terangkat kini merosot lemah, harus bagaimana supaya Varo mengerti.

"Nggak jadi karena udah ada seseorang yang mau beliin aku kalung, ternyata dia masih peduli."

"Hah?!"

Varo berpikir sejenak, baru lah ia sadar jika Safira tengah salah paham. Ia menepuk jidatnya berkali-kali, ia lupa jika ia berada disini tadi  ingin membeli kalung buat Lea karena dulu ia juga pernah membelikan Safira, ia pikir mungkin selera cewek sama saja. namun tak menyangka bila bertemu gadis itu disini. Salah paham pula.

Lelaki Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang