Chapter 17

316 17 16
                                    

"aku mungkin membencinya, tapi melihatnya bersama orang lain membuatku merasa seperti kehilangan arah dalam hidupku

~Varo~

______________________________________

Lea menatapi satu persatu kado yang diberikan teman-temannya, bahagia itulah yang ia rasakan. Namun tetap saja tidak lengkap rasanya jika Varo tak ada memberikan sesuatu pun untuknya.

Menghembuskan nafas panjang, akhirnya Lea memutuskan untuk memamerkan jaket pemberian Varrel pada Varo. Supaya cowok itu peka.

"Andai yang kasih ini Varo, mungkin Lea rela pake tiap hari. Tapi---" Lea tak melanjutkan ucapannya, ia menatapi cermin yang memperlihatkan tubuh mungil dan wajah cantiknya. Matanya meredup seketika. "Varo nggak suka Lea ... Mana mungkin dia mau repot-repot kasih hadiah buat Lea"

Lea terdiam sejenak, namun beberapa detik setelahnya semangatnya kembali muncul.

"Nggak-nggak boleh sedih, kenapa harus sedih. Selagi nyawa Lea belum terpisah dari badan Lea nggak ada kata nyerah buat dapatin hati Varo!,"  Lea berseru mengangkat tinggi-tinggi tangannya ke udara. Lantas melangkahkan kakinya keluar kamar, menghampiri Varo.

Tok tok tok

Lea mengetuk kuat pintu kamar Varo dan tak lama cowok itu keluar dengan wajah masamnya. Membuat Lea terkekeh, dan makin gencar untuk memamerkan jaketnya pada cowok itu.

"Ngapain Lo?"

"Dari Varrel,"  Lea pun memutar badannya di hadapan Varo, berharap jika pemuda itu peka akan keinginannya. Namun Sepertinya takdir baik tidak berpihak padanya. Maka ia pun berhenti dan menatap Varo yang wajahnya sudah memerah padam bahkan sampai ke telinga-telinganya. "Varo kenapa?"

"Lo kalo mau pamer jangan di depan gue, gue nggak tertarik sama ultah lo!"

Brakk!

Lea berjengit saat Varo tiba-tiba menutup kencang pintu kamarnya, saat itulah muncul perasaan bingung di hati Lea. Kenapa Varo sangat aneh?, Ataukah ada hubungannya dengan Safira atau justru cowok itu tidak bahagia dengan ulang tahunnya.

"Varo kenapa sih, aneh banget?"

•••

Bahkan setelah ulang tahun Lea kemarin, Varo tak ingin menatap cewek itu. Apalagi saat ini Lea tengah mengenakan jaket pemberian Varrel, itu membuatnya tak suka.

Walaupun mungkin Lea mengenakan jaket itu karena hari ini cuaca sangat dingin, tetap saja Varo kesal. Apalagi Lea memiliki banyak jaket lain kenapa harus yang itu dia pakai.

"Varo, ayok berangkat. Keburu hujan nih," celetuk Lea sembari mendongakkan kepalanya. karena Varo tak menyahut maka ia pun berjinjit hendak meraih pipi Varo namun tangannya keburu di tahan cowok itu.

"Mau ngapain lo?!" Lea terpaku saat tangannya bersentuhan dengan tangan dingin Varo, sebuah senyuman kini terbit di bibir mungil dan sexy Lea. "Akhirnya Varo sadar juga, dari tadi melamun mulu. Lea mau ngasih tau kalo udah mau hujan ... Ayok berangkat, Varo"

"Kenapa lo nggak minta jemput aja sama, Varrel!" ujar Varo dengan raut dinginnya.

Lea tertegun, ia tatapi wajah Varo kemudian berkata. "Maksud Varo apa?" ia bertanya.

"Lo budeg?!"

Mendapat bentakan Varo, membuat hati Lea terhenyak. Apa salahnya hingga Varo berlaku demikian terhadapnya. "Lea salah apa, apa karena ulang tahun Lea kemarin. Varo nggak suka?"

Lelaki Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang