Chapter 21

360 20 26
                                    

Safira membuka matanya, menarik selimutnya dengan keringat bercucuran di wajah cantiknya. Tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun mengigil kedinginan, tubuhnya bergetar dengan dada teramat sesak.

Menoleh ke samping ia mendapati Agam, cowok yang telah merenggut kesuciannya dalam semalam masih tertidur pulas. Safira terisak kencang sedikit menyesal dengan apa yang telah ia lakukan. Meskipun ini demi Varo apakah Varo masih mau menerima cewek yang sudah tak perawan Sepertinya.

Juga sangat sedih telah membohongi sang Mama dengan alasan ia menginap di rumah temannya. Tetapi ini yang telah ia perbuat.

"Pagi cantik, udah bangun. Gimana semalam nikmat kan?" Agam mengedipkan sebelah matanya, tangannya hendak menggapai Safira namun ditepis cewek itu.

"Nggak usah basa-basi, kapan kamu mau lakuin rencana kita. Aku udah ngasih yang kamu minta!" jerit Safira tertahan.

"Santai sayang, itu hal mudah bagi gue."

"Aku mau secepatnya!"

Agam terkekeh-kekeh, "butuh proses sayang, kamu tunggu aja hasilnya" lain yang di kata lain pula di dalam hati Agam. "Iya tunggu aja lo nggak akan pernah lihat gue lagi,"

"Aku mau pulang!" dengan tertatih-tatih Safira menggapai pakaiannya.

Setelah memakai pakaian Safira menatap sayu seprei putih yang sudah bernodakan bercek merah. Mahkota yang harusnya ia berikan pada Varo setelah mereka menikah nanti justru ia berikan pada orang lain.

"Maafin aku kak Varo, ini semua demi kakak. Semoga suatu saat kakak ngerti kalo aku berjuang untuk cinta kita."

•••

"Makanan spesial buat Varo!"

Lea bertepuk tangan usai menata makanan yang ia buat bersama bi tukiyem tadi pagi, makan khusus untuk merayakan cintanya yang terbalas. Sedikit aneh namun inilah yang dipikirkan Lea, ia begitu senang Varo balik menyukainya.

"Habisin ya Varo,"

"Lo pikir gue jin makan sebanyak ini," Varo berdecak seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lea yakin kalo Varo makan masakan Lea dijamin nambah deh." ucap Lea, ia mendudukkan bokongnya tepat di hadapan Varo.

Varo mencicipi satu persatu hidangan yang dibuat Lea, sedangkan cewek itu hanya menopang dagunya memperhatikan Varo makan.

"Gimana, Varo?" tanya Lea was-was.

"Hmmmm ..."

"Rasanya gimana Varo!" teriak Lea mulai kesal.

"Apa?"

"Enak nggak?," tanya Lea mengerjap-ngerjapkan matanya.

Varo hanya mengangguk, lalu melanjutkan makanannya.

"Makan!" suruh Varo, ia mengambil nasi beserta lauk-lauknya dan memberikan pada Lea.

Lea tertegun, matanya berbinar-binar sepeduli itukah Varo padanya. Apakah ini Varo yang ia kenal ataukah Varo sedang kerasukan jin. Sungguh Lea benar-benar sangat senang.

"Yaudah kalo nggak mau---"

"Lea mauu!" buru-buru Lea mengambil piring di tangan Varo sebelum cowok itu menariknya kembali dan tak mau memperhatikannya lagi. "Varo sesayang itu ya sama Lea, ampe disiapin gitu ... Lea senang banget deh!"

"Gue cuma nggak mau lo pingsan dan berakhir ngerepotin gue," bantah Varo. Ia tak setuju di cap peduli oleh Lea.

Menghembuskan nafasnya Lea mencoba bersabar. "Iya deh iya Varo, padahal dulu Bara selalu nunjukin perhatiannya deh sama Lea,"

Lelaki Pilihan MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang