Mengingat perkataan Vicky barusan, sungguh membuat Varo jengkel. Kini ia tengah berada di kamar Lea untuk memastikan kondisi cewek itu, memandangi wajah pucat yang tengah terlelap itu. Tangannya terulur hendak mengusap puncak kepala Lea, namun urung saat terdengar derap langkah kaki Varrel dan Liam berjalan mendekat kearahnya.
"Tau peduli juga, lo!" celetuk Varrel dengan nada menyindir.
Berdecak, Varo lantas beranjak dari ranjang Lea. Ingin pergi namun tanganya ditahan, ia pun menoleh ke samping dan melihat Lea yang sudah terbangun dari tidurnya, tersenyum menatap kearahnya.
"Varo jangan pergi disini aja ..." pinta Lea, namun Varo menepis kasar tangannya.
"Gue capek!"
Mata Lea lagi-lagi meredup, kemudian membalikan tubuhnya menghadap tembok. Bahkan saat sakit pun Varo tetap marah padanya ... Sebenarnya dimana letak kesalahannya.
"Lo kalo kesini cuma mau nyakitin Lea mending gak usah temuin dia!" hardik Varrel yang mana hal itu sukses membuat Varo tersadar. disini Lea sedang sakit dan itu semua karena dirinya.
"Maaf," lirih Varo pelan dan Lea yang mendengarnya pun spontan membalikkan badannya sepenuhnya pada Varo. Matanya berbinar cerah, "Varo nggak perlu minta maaf sama Lea, Lea juga udah maafin kok. Yang penting Varo jangan marah-marah nggak jelas lagi sama Lea"
"Lo udah makan?" Varo mengalihkan pembicaraan.
Lea menggeleng, "Belum, Lea lapar Varo ..." kata Lea memelas.
"Yaudah gue beliin bu---"
"Nih tadi gue udah beliin buat lo," belum sempat Varo melanjutkan ucapannya Varrel sudah memotongnya dan meletakkan beberapa buah yang sudah ia taruh dalam piring di atas nakas.
"Daripada makan buah mending makan ini, lebih sehat" timpal Liam seraya menggoyang-goyangkan Dua buah wortel di tangannya.
"Lo pikir dia kelinci di kasih wortel mentah?!" Ngegas Varrel.
"Kan Lea memang kelinci, bayi kelinci---Hahaha!"
Melihat kedua temannya itu adu mulut, Lea hanya bisa tersenyum, Sungguh itu sangat menghiburnya. berbeda dengan Varo yang tampangnya sangat datar tidak berminat akan percakapan kedua human itu.
"Lea suka kok makan wortel," sahut Lea menghentikan pertengkaran kedua orang itu.
"Biar gue masak," Varrel hendak meraih wortel yang ada di tangan Liam namun segera di tarik oleh cowok itu. "Enak aja lo maen masak-masak aja, beli dong!"
"Kalian bisa, nggak usah berisik!" kesal Varo, sungguh ia sudah sangat pusing ditambah pusing lagi karena Varrel dan Liam yang sedari tadi tak mau berhenti berdebat.
"Sini Varo duduk di samping Lea, jangan marah-marah mulu nggak baik loh nanti cepat tua." kata Lea sembari menepuk-nepuk samping ranjangnya.
"Tuh denger kata bini lo," sinis Liam.
"Eum Iam, Varrel boleh tinggalin Lea sama Varo dulu nggak... Lea mau bicara sama Varo." ujar Lea dengan kedua jari telunjuknya ia satukan. Varrel melirik sinis Varo yang sudah duduk di sebelah Lea kemudian ia mengangguk dan menyeret Liam keluar dari kamar.
"Wortel nya!" Pekik Liam seraya melemparkan wortel itu yang berhasil di tangkap oleh Varo.
"Teman prik!"
"Varo ..." panggil Lea dan Varo pun menolehkan kepalanya pada Lea yang sudah duduk di sampingnya. bahkan cewek itu terlihat bugar kembali padahal baru saja ia lihat cewek itu terlihat lemah dan pucat seperti mayat hidup.
"Apa?"
Lea menghela nafas, sampai kapan Varo akan bersikap dingin seperti ini. "Lea mau makan loh, Kupasin buahnya" tunjuknya pada buah yang tadi diberikan Varrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Fiksi Remaja"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...