Lea memegang kepalanya yang nyeri matanya menoleh ke samping ranjangnya terlihat seorang dokter perempuan tengah berdiri tersenyum serta kedua orang tuanya dan Noah di sampingnya.
"Jadi benar anak saya hamil?" Audrey menatap dokter itu tak percaya.
Dokter itu mengangguk, Audrey yang masih tak percaya kemudian menatap Lea. "Lea sayang kamu udah----" Audrey tak melanjutkan ucapannya tak sanggup melihat air mata Lea yang kini lolos membasahi pipinya.
"Kenapa Lea harus hamil disaat seperti ini, Lea sudah resmi pisah dengan Varo ..." Lea melirih memegangi perutnya yang masih rata. "Dan anak Lea nggak bisa ngerasain kasih sayang seorang ayah."
Seusai dokter itu pergi suasana kamar Lea tampak hening sampai tiba-tiba Noah membuka suara. "Kalau tante sama om izinkan Noah yang akan menikahi Lea juga menjadi ayah untuk anaknya nanti setelah lahir."
Audrey dan william spontan mengangkat kepalanya kaget. "Apa kamu yakin Noah?." tanya William serius.
"Lea nggak mau! Ini anak Lea biarkan Lea yang merawatnya sendiri dan nggak perlu seorang ayah untuk anak Lea!" bantah Lea dengan bahu naik turun.
"Sayang kamu bisa pikirkan ini---"
"Lea nggak mau Mom" Lea berkata dengan suara serak.
Audrey dan william hanya bisa terdiam, belum selesai masalah kemarin sudah muncul masalah baru yang akan membuat anak semata wayang mereka semakin sedih. Kehamilan yang harusnya menjadi kebahagiaan untuk Lea kini menjadi sebuah luka untuknya.
Noah mengulas senyum getir sebelum keluar dari kamar Lea. "Gue nggak maksa lo tapi izinkan gue buat jaga anak itu sama lo, gue juga akan selalu ada buat lo."
Lea tak menghiraukan perkataan Noah melainkan membuang mukanya.
"Kalau gitu Noah pamit dulu om tante," ucap Noah berpamitan. "Lea nanti gue kesini lagi besok"
"Hati-hati Noah," ucap Audrey ramah "sering-sering main kesini temanin Lea."
Lea hanya acuh mencebikan bibirnya menurutnya keluarganya terlalu baik dengan Noah padahal baru saja bertemu. Mentang-mentang anak sahabatnya William.
•••
Disisi lain Varo saat ini sedang berada di toko roti 'Joline Bakery' pagi-pagi bahkan sudah ramai pembeli, Varo tidak melayani pembeli sendiri ada seorang gadis yang juga bekerja disana.
"Nggak nyangka ya Ternyata cowok yang kutemui di bus itu satu kerjaan denganku," ucap gadis itu terkikik geli sebut saja namanya Sandra.
"Ini hari pertama kamu kerja ya, kita belum kenalan loh. Sorry aku ngiranya kamu bisu kema---"
"Berisik mendingan lo bantu layani pembeli" ketus Varo melihat pembeli yang masih ramai.
"Roti strawberry nya satu ya kak,"
"Biar aku yang ambilkan," buru-buru Sandra mengambil Roti strawberry bahkan sebelum Varo membalas ucapan pembeli tersebut.
"Namaku Sandra Olivia," bisik Sandra di telinga Varo usai memberikan Roti strawberry.
"Udah tau tadi udah dikenalin," ucap Varo dingin.
Sandra menepuk jidatnya, "oh iya lupa sorry." Ia menunjukan jari peacenya.
"Gila!"
___
Usai bekerja tepat nya pukul 21.00 Varo menatap lama toko roti tempatnya bekerja. "Andai gue sama Lea disini pasti dia senang banget." Varo mengusap pipinya yang basah oleh air mata."lo dimana Lea ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Teen Fiction"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...