"Duh kok masih sakit ya,"
Usai mengenakan seragam sekolahnya, Varo menghampiri Lea di kamarnya. Cewek itu bahkan belum ada tanda-tanda mau bersiap-siap memakai seragam saja belum.
Meletakkan ponselnya Varo mendudukan bokongnya tepat di samping Lea, dapat ia lihat semburat merah muncul di pipi Cewek itu.
"Nggak mau sekolah?" Varo bertanya.
"Ih Varo kesini bukannya nanyain keadaan Lea malah nanya gitu, nggak peduli amat sih"
Varo terkekeh gemas kemudian menggenggam tangan Lea. "Sakit banget ya semalam?," godanya.
"Varoo!"
"Yaudah siap-siap aja dulu, sakitnya bentaran doang kok nanti ilang"
Setelah itu Varo keluar dari kamar Lea tak lupa ia menutup pintunya. Hingga 30 menit kemudian Lea selesai bersiap-siap.
"Ayok berangkat ... Ingat nggak usah di bahas yang semalam. Malu tau!" Lea menyembunyikan wajahnya menggunakan tangan.
Lagi-lagi Varo dibuat gemas oleh kelakuan istrinya itu, ia tak pernah menyangka jika seseorang yang dulu dianggapnya benalu itu justru memberi warna pada hidupnya.
"Lamban banget jalannya"
"Varo itu yang cepat jalannya, lihat nih Lea tertinggal jauh!"
Entah untuk yang keberapa kalinya Lea meninggikan suaranya, namun hal itu justru tak membuat Varo tersinggung sama sekali, dulu dirinya sering membentak Lea tapi sampai sekarang Lea bahkan tak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Kecuali waktu itu Lea yang mau pulang kerumah orang tuanya.
•••
"Lea mau jajan?"
"Nggak mau!" Lea melengos.
Varo benar-benar kewalahan menghadapi Lea hari ini yang sedikit sensi dan cuek, padahal kan semalam bukan salahnya. Lea yang menggodanya.
Cowok mana yang sanggup bila di goda seperti itu.
"Yaudah kalo nggak mau berarti kita langsung---"
"Lea mau itu Varoo!" Lea menunjuk cilok pinggir jalan. Mau tak mau Varo pun memberhentikan motornya.
"Katanya nggak mau jajan"
"Tadinya nggak mau jajan tapi kalo ada cilok Lea mau"
"Yaudah aku beli dulu ciloknya, tunggu disini" kata Varo kemudian menghampiri Abang-abang cilok.
"Hah Varo barusan bilang 'kamu'?" Lea bergumam.
Lea terus memandang ke arah Varo, sedikit tak percaya dengan perubahan Varo. Tapi sungguh Lea sangat senang, ini yang ia inginkan dari dulu.
Seulas senyum terbit di bibir Lea, melihat Varo dari kejauhan sangatlah tampan apalagi saat terkena sinar matahari pagi, Tak salah jika ia mengagumi cowok itu.
Tubuhnya yang tinggi semampai, berat badannya yang ideal, dan kulitnya yang putih mulus siapapun pasti akan tergoda bila melihatnya.
Seperti sekarang ini contohnya, wajah Lea yang semula cerah muram seketika melihat banyak cewek-cewek yang entah dari sekolahan mana mengerubungi Varo dan ikut membeli cilok.
"Ih apasih cewek itu kayak nggak pernah lihat cogan aja!" Ingin sekali Lea jambak-jambak cewek-cewek itu. "Varo juga sengaja apa gimana lama banget jajannya!"
___
"Wah ganteng banget, boleh minta nomornya nggak kak?"
"Ih apasih kayak nggak pernah lihat cogan aja, lebih baik sama gue aja kak dia lebay!" kata cewek dengan gaya sedikit tomboi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Teen Fiction"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...