"Setiap kali kebahagiaan mengunjungiku, hal-hal buruk terjadi setelahnya. Aku takut akan kebahagiaan sejak saat itu."
_Alvaro Dylan Abhimanyu_Seminggu telah berlalu, Lea kini tengah bersiap-siap ditemani oleh sang Mommy dan Zila. Pernikahan mereka akan digelar dihotel dan hanya mengundang kerabat dan orang-orang tertentu saja.
"Lea udah cantik belum?" Lea menatap Audrey dan Zila bergantian.
Zila mengacungkan jempolnya sementara Audrey mencium pipinya bahagia. "Lea cantik banget, kayak princes, iya kan Zila" Zila mengangguk sambil tersenyum menyetujui ucapan Audrey.
"Oh ya Lea nggak pernah cerita kalau punya teman, Zila sama Lea udah lama temanan?" tanya Audrey pada Zila.
"Baru aja tante, kita juga sekelas" jawab Zila
"Gimana disekolah Lea nakal nggak?"
"Mommy, nanti kita terlambat loh" Lea menggerutu sembari mengangkat gaunnya.
"Jangan gerak dulu Lea nanti kesandung robek gaunnya" peringat Audrey.
"Biar Zila bantuin angkat gaunnya tante" ucap Zila.
"Yaudah makasih ya Zila"
Di mobil Lea tak henti-hentinya tersenyum sambil menatap layar handphonenya, ya Lea tadi menspam Varo namun boro-boro dibalas diread aja nggak.
Zila yang berada di samping Lea melirik layar handphone Lea. "Nggak dibalas?" tanyanya.
"Iya, diliat juga nggak" jawab Lea sambil meletakkan handphonenya ke pangkuannya Menunggu balasan chat dari Varo.
"Terus kenapa lo senyum-senyum gitu?" bingung Zila
"Lea bahagia sebentar lagi mau nikah sama Varo." Lea menepuk-nepuk tangannya bahagia. Zila hanya mengelus dadanya sabar melihat tingkah Lea yang seperti anak kecil.
30 menit kemudian mereka telah sampai di hotel, Lea melihat mobil keluarga Varo sudah ada disana yang artinya mereka telah sampai duluan.
Didalam, Lea melambaikan tangan saat melihat Liam dan Varrel ternyata juga ada disana.
Namun baru akan menghampiri mereka Zila lebih dulu menarik tangan Lea. "Lo mau ngapain?"
"Mau nyamperin mereka" kata Lea dengan polosnya.
"Udah ditungguin ayok"
🍂🍁
Di kamar bernuansa lilac seorang gadis tengah meratapi fotonya dengan mantan kekasihnya, air mata kini sudah mengalir deras membasahi pipi chuby nya, ia terisak kecil sambil memeluk figura foto itu. nafasnya terasa sesak seperti ada sesuatu yang menghimpit disana, tak ada suara yang keluar dari bibirnya kecuali isakan yang terdengar memilukan.
Tok..tok.. tok
"Safira keluar dulu sayang Mama udah masak makanan kesukaan kamu loh!"
Terdengar sahutan dari luar namun Safira tak menghiraukan, tak mungkin ia keluar dalam keadaan sembab Seperti ini. rambut pendeknya sudah berantakan dan basah akibat terkena air mata.
"Safira kamu udah semalaman nggak keluar kamar, mama khawatir sayang. Kalau kamu ada masalah cerita sama Mama"
Meski merasa malas untuk keluar ia tak ingin mamanya khawatir, Safira pun merapikan tempat tidurnya dan kekamar mandi sebentar untuk membasuh mukanya berharap jika sang mama tak menyadari kalau ia habis menangis.
"Sebentar Ma!" pekiknya dengan suara sedikit serak.
Ceklek
Ia membuka pintu kamarnya, terlihat wanita cantik dengan setelan jas kerja menatapnya khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Novela Juvenil"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...