"Varo marah banget ya sama Lea?," Lea bertanya saat keduanya kini berada di meja makan.
Varo bahkan tak sepatah kata pun membalas ucapan Lea, mukanya tampak seperti biasanya datar seperti papan triplek. Berkali-kali Lea mengajaknya berbicara hingga ia kesal sendiri apa cuma gara-gara ia menyuruh Varo mentraktir Bara cowok itu jadi marah padanya.
"Varo nggak papa mau marahin Lea mau bentak Lea tapi please jangan cuekin Lea, Lea capek dicuekin mulu sama Varo ..." Lea menyatukan kedua jari telunjuknya namun Varo masih tak bergeming.
Masih tak ada balasan dari Varo, Lea mengetuk-ngetuk dagunya berfikir.
"Lea ganti deh uang Varo!"
"Nggak perlu!" bantah Varo tanpa menatap Lea.
"Terus Lea harus apa biar Varo maafin,"
"Pergi dari hidup gue, gue nggak mau lihat muka lo!"
Jantung Lea seakan berhenti berdetak, ia sudah sering mendengar kata-kata kasar dan penolakan Varo tapi entah kenapa rasanya masih saja sakit. Air mata menetes begitu saja membasahi pipinya, rasanya sangat sesak.
"Tapi kita--- udah nikah"
"KITA CUMA DIJODOHIN!, PERGI DARI HIDUP GUE, KALO PERLU PERGI DARI RUMAH INI!" sungguh Varo tidak benar-benar serius mengucapkan kalimat itu ia hanya emosi, tapi tidak bagi Lea yang saat ini beranjak dari kursinya.
"Baiklah kalo itu mau Varo ..." Lea mengulas senyum pahit menatap Varo sebentar sebelum berkata lagi. "Lea akan pergi dari sini ... Sekali lagi Lea minta maaf"
Mengusap kasar air matanya Lea berlari buru-buru ke kamarnya, perasaannya benar-benar kacau sekarang.
Varo menatap punggung Lea yang sudah menjauh, apa ia terlalu kasar terhadap Lea. Maka ia pun mengejarnya takut-takut Lea benar-benar meninggalkannya.
Sesampainya di kamar Lea benar saja cewek itu tampak sedang mengepak barang-barangnya sembari terisak. Dengan cepat Varo menahan tangan Lea, ia sangat menyesali perkataanya barusan. "jangan pergi," katanya.
Lea menepis kasar tangan Varo tanpa berkata apapun ia melanjutkan memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
"Gue udah maafin lo ... Jangan pergi, gue ngomong apa sama papa kalo lo pergi dari sini,"
"Varo tenang aja, Lea nggak ngadu sama papa ataupun Daddy kalo Varo ngusir Lea," balas Lea membuat Varo bingung harus pakai cara apalagi supaya istrinya itu tak jadi pergi.
"Gue nggak ngusir lo, gue cuma lagi emosi aj---"
"Terserah, sekarang Varo minggir Lea mau pergi!"
"Nggak!, ini udah malam gue nggak mau lo kenapa-kenap--- gue nggak mau disalahin papa karena ini!"
Lea mendongak, menatap tajam Varo. "VARO PLIN PLAN BANGET SIH TADI NGUSIR SEKARANG GAK JADI LEA PERGI MAU NYA APA SIH!" Jerit Lea frustasi, ia mengacak-acak rambutnya setelahnya ia terisak kencang.
"Lea capek Varo giniin terus, Lea tau ini salah Lea karena suka sama orang yang nggak suka Lea."
"Apa Lea harus berhenti suka sama Varo---" ucapan Lea terhenti kala tiba-tiba Varo memeluknya, tubuhnya membeku tangisnya mereda saat itu juga.
"Jangan berhenti suka sama gue ..." suara Varo melembut seiring tangannya mengusap-usap punggung Lea.
"Lea cuma benalu di hidup Varo, Lea udah merusak kebahagiaan Varo Lea udah---"
"Sst," Varo menempelkan jari telunjuknya di bibir Lea saat sudah melerai pelukannya. "Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu," katanya.
"Benar kan kata Lea, buktinya tadi Varo marah sama Lea," kata Lea mengerucutkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan Mama
Teen Fiction"dijodohkan dengan Varo bukan permintaan Lea, tapi Lea bahagia" "Varo kapan buka hati buat Lea? apa Varo nggak bahagia dijodohin sama Lea." "Varo itu sedingin es dan Lea sehangat mentari, apa mungkin Lea bisa menghangatkan hati Varo yang membeku" _...